Topikseru.com – Siapa pembuat Film Merah Putih One For All yang viral hujatan dan jadi sorotan warganet dengan budget Produksi Rp 6,7 Miliar
Merah Putih: One For All merupakan film animasi anak bertema nasionalisme yang dirilis menjelang Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia.
Mengutip informasi resmi, film ini mengisahkan perjuangan sekelompok anak dari berbagai latar belakang budaya yang tergabung dalam “Tim Merah Putih” untuk menjaga bendera pusaka yang selalu dikibarkan setiap upacara 17 Agustus.
Kisah dimulai dengan semangat warga desa menyambut Hari Kemerdekaan.
Namun, tiga hari sebelum upacara, bendera pusaka tersebut hilang secara misterius. Delapan anak dari Betawi, Papua, Medan, Tegal, Jawa Tengah, Makassar, Manado, dan Tionghoa bersatu dalam misi heroik menyelamatkan bendera.
Cerita ini tidak hanya menampilkan keberagaman budaya Indonesia, tetapi juga mengangkat nilai persatuan, keberanian, dan cinta tanah air.
Tim Produksi dan Latar Belakang Pembuatan
Film ini diproduksi oleh Perfiki Kreasindo di bawah naungan Yayasan Pusat Perfilman H. Usmar Ismail.
-
Produser Utama: Toto Soegriwo
-
Produser Eksekutif: Sonny Pudjisasono
-
Sutradara dan Penulis Skenario: Endiarto dan Bintang Takari
-
Animator Visual Utama: Bintang Takari
Proses produksi dimulai pada Juni 2025 dengan estimasi waktu pengerjaan sekitar satu bulan hingga akhirnya tayang di bioskop pada 14 Agustus 2025.
Dengan anggaran Rp 6,7 miliar, film ini diharapkan menjadi salah satu film animasi Indonesia yang dapat memeriahkan peringatan kemerdekaan RI.
Promo Khusus Penayangan
Menariknya, Cinema XXI menawarkan promo tiket Rp 17.000 untuk penayangan pada 17 Agustus 2025. Strategi ini diharapkan dapat menarik minat penonton, khususnya keluarga dan anak-anak, untuk menyaksikan film di momen kemerdekaan.
Kontroversi dan Kritik Publik
Meskipun mengusung tema nasionalisme yang kuat, film ini justru menuai kritik tajam dari warganet hanya beberapa hari sebelum rilis. Kritik tersebut muncul setelah trailer dirilis di kanal YouTube Perfiki TV, CGV Kreasi, dan Historika Film.
Beberapa poin kritik yang disorot antara lain:
-
Kualitas animasi dinilai kaku dan tidak sebanding dengan standar film layar lebar modern.
-
Grafis dianggap sederhana, jauh dari ekspektasi penonton yang terbiasa dengan animasi berkualitas tinggi.
-
Storytelling dinilai kurang mengalir dan tidak memberikan kedalaman emosional.
Bahkan, banyak yang membandingkan kualitas film ini dengan Jumbo, salah satu film animasi karya anak bangsa yang dianggap lebih unggul dari segi teknis dan visual.












