Scroll untuk baca artikel
Nasional

Dari Driver Ojol Jadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan: 6 Jejak Kontroversi Immanuel Ebenezer

×

Dari Driver Ojol Jadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan: 6 Jejak Kontroversi Immanuel Ebenezer

Sebarkan artikel ini
Immanuel Ebenezer
Wamenaker Immanuel Ebenezer

Topikseru.com – Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menjadi sorotan publik setelah melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap Wakil Menteri Ketenagakerjaan (Wamenaker) Immanuel Ebenezer pada Rabu (20/8/2025) malam.

Penangkapan ini menjadi berita besar yang mengguncang dunia politik nasional, sebab jabatan Noel—sapaan akrabnya—berada di posisi strategis dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Hingga kini, KPK belum merinci secara detail kasus dugaan yang menjerat Noel. Namun, sesuai prosedur, status hukum seseorang yang tertangkap OTT akan ditentukan dalam waktu 1×24 jam.

Kasus ini jelas menambah daftar panjang pejabat tinggi negara yang berurusan dengan lembaga antirasuah.

Untuk memahami lebih dalam, mari kita telaah sosok Immanuel Ebenezer, perjalanan politiknya, serta kontroversi yang selalu mengiringinya.

Profil Lengkap Immanuel Ebenezer

IImmanuel Ebenezer atau yang lebih dikenal dengan panggilan Noel, lahir pada 22 Juli 1975 di Riau. Kehidupan masa kecilnya tidak banyak terekspos, namun perjalanan hidupnya kerap disebut penuh dengan dinamika dan warna.

Berbeda dengan banyak politisi lain yang lahir dari keluarga elite atau lingkaran politik, Noel justru tumbuh dengan latar belakang sederhana. Hal ini membuatnya memiliki pandangan yang dekat dengan kehidupan rakyat kecil, sesuatu yang kerap ia bawa dalam narasi politiknya di kemudian hari.

Sejak kecil, Noel dikenal sebagai pribadi yang aktif dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar hingga menengah di Riau, ia memutuskan untuk merantau ke Jakarta demi melanjutkan pendidikannya. Ia menempuh kuliah di Universitas Satya Negara Indonesia (USNI), jurusan Ilmu Sosial.

Di kampus inilah ia mulai banyak terlibat dalam aktivitas organisasi kemahasiswaan, yang kelak menjadi pintu masuknya ke dunia aktivisme dan politik. Setelah lulus, Noel meraih gelar Sarjana Sosial, yang kemudian menjadi landasan akademisnya dalam melihat isu-isu masyarakat.

Namun, jalan hidupnya tidak selalu mulus. Noel pernah mengalami masa-masa sulit dalam kehidupannya, terutama saat kondisi ekonomi menekan. Pada tahun 2016, ia sempat menjadi pengemudi ojek online.

Pengalaman ini ia ceritakan berulang kali dalam berbagai kesempatan publik, bukan sebagai aib, melainkan sebagai simbol perjuangan dan kedekatan dengan rakyat biasa. Menurutnya, pengalaman itu memberikan perspektif baru tentang kerasnya perjuangan masyarakat kecil dalam mencari nafkah sehari-hari.

Cerita tentang dirinya yang pernah menjadi driver ojek online justru menambah simpati publik. Banyak orang melihat Noel sebagai sosok yang membumi dan tidak sungkan menjalani pekerjaan sederhana, berbeda dengan kebanyakan pejabat yang terkesan jauh dari realitas rakyat. Narasi ini pula yang ia gunakan untuk memperkuat citra dirinya sebagai politisi yang lahir dari bawah dan mengerti penderitaan masyarakat.

Pada Oktober 2024, karier politik Noel mencapai titik puncak ketika Presiden Prabowo Subianto mempercayainya sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan mendampingi Prof. Yassierli. Penunjukan ini sempat menimbulkan pro dan kontra. Sebagian publik mempertanyakan kapasitas Noel karena latar belakangnya lebih banyak berkaitan dengan dunia aktivisme dan gerakan politik, bukan teknis ketenagakerjaan.

Namun, di sisi lain, ada pula yang menilai bahwa pengalaman hidup dan peran Noel dalam dunia sosial-politik bisa menjadi modal penting dalam merumuskan kebijakan ketenagakerjaan yang lebih berpihak pada rakyat kecil.

Meski penunjukannya menimbulkan kontroversi, Presiden Prabowo menilai Noel memiliki rekam jejak kepemimpinan di lapangan yang cukup kuat, terutama dalam menggerakkan massa dan membangun jaringan politik. Dengan pengalaman itu, ia diyakini mampu menjalankan tugas sebagai wakil menteri yang tidak hanya berfokus pada aspek administratif, tetapi juga memiliki kedekatan emosional dengan masyarakat pekerja.

Karier Politik: Dari Relawan Jokowi Hingga Jadi Wamenaker di Era Prabowo

Karier politik Immanuel Ebenezer tidak lepas dari kiprahnya sebagai pemimpin kelompok relawan Jokowi Mania (JoMan) pada Pilpres 2019. Dalam peran itu, Noel dikenal vokal dalam membela Presiden Joko Widodo, bahkan kerap tampil di berbagai forum untuk menepis kritik terhadap pemerintah. Dari sanalah popularitasnya mulai menanjak.

Pada tahun 2021 hingga Maret 2022, ia dipercaya menjadi Komisaris Utama PT Mega Eltra, salah satu anak perusahaan BUMN. Namun, jabatan tersebut hanya bertahan singkat karena Noel harus dicopot usai memberikan kesaksian meringankan bagi Munarman dalam kasus dugaan terorisme.

Baca Juga  KPK Sita Rp 6,8 Miliar dari OTT Pj Wali Kota Pekanbaru

Menjelang Pilpres 2024, Noel kembali memainkan peran politik penting dengan mendirikan Ganjar Pranowo Mania (GP Mania). Kelompok ini cukup vokal dalam mendukung pencalonan Ganjar sebagai capres. Namun, hanya dalam waktu singkat, Noel membuat langkah mengejutkan dengan membubarkan GP Mania pada Februari 2023. Alasannya, ia menilai Ganjar tidak memiliki gagasan besar untuk membawa Indonesia maju.

Tidak lama berselang, Noel berbalik arah dan mendeklarasikan dukungan penuh kepada Prabowo Subianto dengan membentuk kelompok relawan Prabowo Mania 08. Langkah ini membuatnya semakin dekat dengan lingkaran Prabowo hingga akhirnya masuk dalam kabinet sebagai Wakil Menteri Ketenagakerjaan.

Kontroversi dan Kasus yang Pernah Menyeret Immanuel Ebenezer

Jejak politik Immanuel Ebenezer atau Noel tidak bisa dilepaskan dari berbagai kontroversi yang mengiringinya. Setiap langkahnya kerap memicu perdebatan publik, baik karena sikapnya yang tegas maupun keputusan politiknya yang sering berlawanan arus. Berikut adalah rangkaian kasus dan polemik besar yang pernah menyeret nama Noel ke dalam sorotan media dan masyarakat:

1. Menjadi Saksi Meringankan Munarman

Pada 23 Februari 2022, Noel hadir sebagai saksi meringankan dalam sidang kasus terorisme dengan terdakwa Munarman, mantan Sekretaris Umum Front Pembela Islam (FPI). Dalam keterangannya di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, Noel menyebut bahwa Munarman adalah korban kriminalisasi politik dan tidak seharusnya diperlakukan seolah-olah sebagai teroris.

Langkah ini sontak menimbulkan gelombang kritik. Publik menilai bahwa kesediaan Noel menjadi saksi bagi figur yang dituding terkait jaringan radikalisme dapat melemahkan upaya negara dalam memberantas terorisme. Bahkan, sejumlah tokoh menilai kehadirannya di pengadilan sebagai bentuk pembelaan terhadap kelompok intoleran.

Kontroversi semakin besar ketika beberapa pihak mengaitkan keputusan Noel tersebut dengan posisinya sebagai Komisaris Utama PT Mega Eltra, salah satu anak perusahaan BUMN. Tak lama berselang, jabatan itu benar-benar dicopot, yang oleh Noel diduga kuat terkait dengan keberaniannya menjadi saksi untuk Munarman.

2. Dicopot dari Jabatan Komisaris PT Mega Eltra

Setelah kasus Munarman, Noel resmi diberhentikan dari jabatannya sebagai Komisaris Utama PT Mega Eltra pada 2022. Pihak perusahaan tidak memberikan keterangan resmi terkait alasan pencopotan tersebut, namun publik mengaitkannya dengan sikap politik Noel yang dinilai kontroversial.

Bagi Noel sendiri, pencopotan ini justru menjadi titik balik dalam kariernya. Ia semakin dikenal luas sebagai tokoh politik yang berani mengambil risiko, meski harus kehilangan jabatan prestisius di BUMN. Sejak saat itu, namanya semakin melekat dengan label sebagai sosok yang penuh kontroversi dan tidak ragu melawan arus.

3. Melaporkan Dosen UNJ, Ubedilah Badrun

Kontroversi berikutnya muncul ketika pada 2022, Noel melaporkan Ubedilah Badrun, seorang dosen Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Laporan ini berawal dari tindakan Ubedilah yang sebelumnya melaporkan dugaan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) terkait bisnis anak Presiden Joko Widodo.

Noel balik menyerang dengan menggunakan pasal 317 KUHP mengenai laporan palsu. Namun langkah ini dianggap publik sebagai tindakan emosional dan cenderung represif. Banyak pihak menilai, alih-alih membela kepentingan hukum, Noel justru terkesan berusaha membungkam kritik terhadap lingkaran kekuasaan.

Aksi tersebut menuai kecaman dari akademisi dan masyarakat sipil, karena dianggap bertentangan dengan prinsip kebebasan akademik serta mengancam iklim demokrasi.

4. Debat Panas dengan Politikus PDIP

Pada Maret 2024, Noel kembali menyita perhatian publik ketika terlibat adu argumen sengit dengan Deddy Sitorus, politisi PDIP. Perdebatan terjadi dalam acara televisi bertajuk “Panas! Debat Soal ‘Keculasan’ Pemilu 2024”.

Topik mengenai dinasti politik Jokowi menjadi pemicu utama. Dalam debat tersebut, Noel dan Deddy berulang kali saling menyela, dengan nada suara meninggi hingga memancing emosi. Ketegangan bahkan hampir berujung pada adu fisik, sebelum akhirnya acara dihentikan sementara untuk jeda iklan.

Kejadian ini membuat Noel semakin dikenal sebagai figur politik yang keras kepala, vokal, dan tidak segan berkonfrontasi di depan publik. Namun, citra ini sekaligus mempertebal pandangan bahwa dirinya kerap bertindak emosional dalam situasi politik.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *