Topikseru.com – Pergerakan IHSG dan rupiah Aksi demonstrasi besar sepanjang pekan terakhir Agustus 2025 telah memberikan dampak nyata terhadap stabilitas ekonomi nasional.
Rupiah tertekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi, dan persepsi risiko investasi meningkat.
Situasi politik dan sosial yang memanas ini menjadi sorotan utama pelaku pasar, baik domestik maupun internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Rupiah Melemah Akibat Gejolak Politik
Melansir Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup di posisi Rp 16.500 per dolar AS pada Jumat (29/8/2025). Dalam sepekan, rupiah tercatat melemah 0,90% dibandingkan akhir perdagangan pekan lalu.
Sementara itu, mengacu kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup di level Rp 16.461 per dolar AS, turun 0,74% dalam sepekan.
Menurut Sutopo Widodo, Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, pelemahan rupiah tak lepas dari gejolak politik akibat kontroversi tunjangan rumah anggota DPR.
“Ini memicu kemarahan publik dan demonstrasi yang dibubarkan secara paksa, menunjukkan ketidakpuasan yang meningkat di tengah kesulitan ekonomi,” katanya, Jumat (29/8/2025).
Selain faktor domestik, dari eksternal dolar AS kembali stabil seiring investor menantikan rilis data inflasi Personal Consumption Expenditures (PCE) AS. Sutopo memperkirakan rilis data PCE akan menjadi sorotan utama pekan depan.
“Jika data ini menunjukkan kenaikan yang signifikan, hal itu bisa memicu spekulasi bahwa The Fed akan menunda atau mengurangi kecepatan pemotongan suku bunga,” lanjutnya.
Ia menaksir rupiah dalam sepekan ke depan berpotensi bergerak di kisaran Rp 16.400 – Rp 16.700 per dolar AS.
Dolar AS Menguat, Rupiah Makin Tertekan
Pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi menambahkan, penguatan dolar AS juga dipicu oleh data ekonomi yang positif.
“Selain itu, jumlah warga AS yang mengajukan tunjangan pengangguran menurun. Ini sebuah tanda kekuatan di pasar tenaga kerja,” jelasnya.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya