Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

Analis Pasar: Indeks Dolar AS Dapat Berada di Posisi 101,70 Pada Akhir Tahun

×

Analis Pasar: Indeks Dolar AS Dapat Berada di Posisi 101,70 Pada Akhir Tahun

Sebarkan artikel ini
Dolar AS
indeks dolar AS (DXY) tercatat di level 98,978, turun 0,56% secara harian. Namun menguat hampir 2% dalam sepekan, dan naik 1,35% dalam sebulan terakhir.

Topikseru.com – Pada perdagangan Jumat (10/10/2025), indeks dolar AS (DXY) tercatat di level 98,978, turun 0,56% secara harian. Namun menguat hampir 2% dalam sepekan, dan naik 1,35% dalam sebulan terakhir.

Indeks dolar Amerika Serikat (AS) sempat merangkak naik pada pekan lalu. Namun, penguatannya dinilai hanya sementara.

Menanggapi hal tersebut Research & Development PT Trijaya Pratama Futures, Alwy Assegaf mencermati, pelemahan mata uang euro (EUR) dan yen (JPY) pada pekan lalu menyokong penguatan sementara dolar AS.

Di Eropa, gejolak politik terjadi di Prancis, dipicu pengunduran diri Perdana Menteri Sebastien Lecornu setelah kurang dari sebulan menjabat. Meskipun, Presiden Emmanuel Macron telah menunjuknya kembali sebagai Perdana Menteri pada Jumat (10/10/2025).

Sementara itu, Alwy melanjutkan, pelemahan yen tak terlepas dari terpilihnya Sanae Takaichi sebagai pemimpin baru Partai Demokrat Liberal di Jepang.

Baca Juga  Rupiah Berbalik Arah Melemah 0,07% Terduduk di Level Rp16.669 per Dolar AS Siang Ini

“Takaichi dikenal pro terhadap kebijakan Abenomics, sehingga yen melemah cukup signifikan,” terangnya.

Alwy menjelaskan, Abenomics merujuk pada kebijakan yang diambil Shinzo Abe saat menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang pada 2012. Kebijakan ini pro terhadap stimulus jumbo dan suku bungga longgar.

Maka, Alwy menilai naiknya Takaichi dinilai memperbesar keraguan pasar terkait kebijakan suku bunga acuan Bank of Japan (BoJ) di sisa tahun. “Dengan terpilihnya Takaichi, harapan BoJ akan menaikkan suku bunga pun sirna,” tuturnya.

Bagaimanapun, menurut Alwy, penguatan dolar AS masih tak begitu signifikan ke depan. Apalagi, mengingat government shutdown yang merugikan perekonomian negara.