Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

Analis Pasar: IHSG Dapat Menguat Menuju Area 8.500–8.600 Hingga Akhir Tahun 2025

×

Analis Pasar: IHSG Dapat Menguat Menuju Area 8.500–8.600 Hingga Akhir Tahun 2025

Sebarkan artikel ini
IHSG
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan mingguan sebesar 1,3% ke level 8.163. Namun secara bulanan, IHSG masih berhasil tumbuh 1,28%

Topikseru.com – Pada perdagangan akhir Oktober 2025, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat pelemahan mingguan sebesar 1,3% ke level 8.163. Namun secara bulanan, IHSG masih berhasil tumbuh 1,28%, menandakan adanya potensi pemulihan di tengah dinamika pasar global.

Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, rebound IHSG dipicu oleh keputusan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), yang memangkas tingkat suku bunga acuannya.

Selain itu, kesepakatan dagang satu tahun antara Amerika Serikat dan China, serta ekspektasi pemangkasan kembali suku bunga The Fed pada Desember mendatang turut menjadi katalis positif bagi pasar saham domestik.

Sementara itu, Analis BRI Danareksa Sekuritas, Reza Diofanda, menilai bahwa optimisme investor juga didorong oleh potensi aksi window dressing menjelang akhir tahun.

Menurutnya, rotasi portofolio dan ekspektasi pelonggaran moneter global dapat menjadi bahan bakar bagi penguatan IHSG di penghujung tahun.

Baca Juga  IHSG Telah Mengakumulasi Kenaikan 2,51% Dalam Sepekan

Namun demikian, Reza menekankan bahwa arah pergerakan IHSG masih sangat bergantung pada kondisi eksternal.

“Jika ketiga faktor tersebut mereda, peluang IHSG untuk rebound akan semakin besar,” ucap Reza.

Sentimen Domestik dan Global Jadi Penentu
Ke depan, Reza menilai rilis kinerja kuartal III-2025 emiten, neraca perdagangan, data inflasi, serta data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia akan menjadi faktor penting yang memengaruhi arah pasar.

Selain itu, pengumuman rebalancing Morgan Stanley Capital International (MSCI) juga patut dicermati karena dapat memengaruhi aliran dana asing ke pasar saham Indonesia.

Dari sisi global, Nico menambahkan bahwa investor akan menanti rilis beberapa data ekonomi utama Amerika Serikat seperti ISM Manufacturing, JOLTS data pekerjaan, ADP Employment Change, dan ISM Services Index.