Topikseru.com – Tren penggunaan produk tekstil ramah lingkungan terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Namun pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di sektor ini masih menghadapi jalan terjal untuk bisa bersaing dengan dominasi industri fast fashion yang menguasai pasar dengan produksi massal dan harga lebih murah.
Hal tersebut dirasakan langsung oleh Nauli Ecoprint, UMKM asal Medan yang bergerak di bidang mode dan aksesori handmade dengan memanfaatkan bahan-bahan alami sebagai sumber motif dan pewarna.
Arin, staf administrasi dan pemasaran Nauli Ecoprint, mengatakan tekanan terbesar datang dari persaingan harga dan keterbatasan bahan baku.
“Kami terkendala dalam pemasaran dan harga. Berhadapan dengan produk tekstil massal itu sangat berat, sementara bahan baku seperti tanaman untuk motif juga tidak selalu tersedia,” ujarnya kepada Topikseru.com, Jumat (14/11/2025), di Medan Johor.
Minimnya Kesadaran Konsumen Jadi Hambatan Utama
Pengamat ekonomi Gunawan Benjamin menilai persoalan yang dihadapi UMKM ramah lingkungan jauh lebih struktural.

Menurutnya, walau tren eco lifestyle meningkat di kota-kota besar dunia, kesadaran serupa belum mengakar kuat di pasar domestik.
“Kebanyakan konsumen masih fokus pada kualitas lalu harga. Konsumen yang bertanya soal asal bahan baku dan dampaknya ke lingkungan hampir belum ada,” kata Benjamin.






