Topikseru.com – Di balik toga wisuda yang dikenakan Januari Yusuf Ibrahim (22), tersimpan kisah perjuangan yang begitu panjang dan tidak semua orang mengetahuinya.
Setiap hari, mahasiswa Jurusan Peternakan Universitas Garut itu berjalan dari ruang kelas ke ruang kelas dengan sebuah kotak kontainer berisi risol dan gorengan. Ia mengetuk pintu, menyapa teman-teman kampusnya, dan menawarkan dagangannya dengan senyum yang selalu ia usahakan tetap terpasang—meski lelah tidak pernah benar-benar hilang.
Baginya, berjualan bukan sekadar mencari uang tambahan. Itu adalah pilihan untuk bertahan. Cara menjaga impian agar tetap hidup ketika keadaan tak selalu memihak.
“Aku hanya ingin menyelesaikan kuliah. Membanggakan orang tua,” ucap Januari lirih suatu waktu kepada teman dekatnya.
Perjuangan khas anak muda dari kota kecil itu akhirnya sampai ke telinga banyak orang setelah kisahnya menjadi viral di media sosial. Dan dari sana, pintu-pintu harapan mulai terbuka.
Pada Kamis, 20 November 2024, Januari menerima kabar yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya—biaya wisudanya ditanggung melalui Bantuan Presiden. Hadiah itu diserahkan langsung oleh relawan Muhayar Fauzi, disaksikan Kaprodi PHI, Muh. Fikra Najib.
Air mata menetes. Ingatan perjuangan dari semester pertama hingga malam-malam panjang bekerja untuk kuliah mengalir seperti film yang berputar kembali.
“Terima kasih, Pak Presiden Prabowo. Semoga sehat selalu, panjang umur, dan terus bisa membantu rakyat,” tutur Januari sambil menahan haru.
Dalam proses hidup yang tak selalu mudah, Januari menunjukkan bahwa mimpi bukan hanya milik mereka yang punya segalanya. Mimpi adalah milik mereka yang tidak menyerah.
Ia percaya, setiap langkah yang ia tempuh sambil membawa kotak gorengan itu suatu saat akan membawanya pada kehidupan yang lebih baik—dan hari itu akhirnya datang.
Pihak kampus pun memberi dukungan penuh kepada Januari. Mereka bangga melihat tekad mahasiswanya yang tidak gentar mengejar cita-cita.
“Januari telah menunjukkan hati yang kuat. Kami sangat mengapresiasi kerja keras dan kesungguhannya,” ujar Kaprodi, Muh. Fikra Najib.
Kisah Januari bukan hanya tentang risol dan gorengan. Bukan hanya tentang biaya wisuda yang terbayar.
Ini tentang keberanian untuk terus berdiri ketika banyak alasan untuk menyerah. Tentang anak muda yang memilih untuk bermimpi lebih jauh.
Dan hari ini, Januari tidak lagi sekadar penjual gorengan keliling kampus.
Ia adalah bukti hidup bahwa perjuangan yang dilakukan dengan ketulusan selalu menemukan jalannya pulang—menuju hasil yang selama ini dinanti. (ril)












