Topikseru.com – Pasca banjir di Sumatera di mana PT Toba Pulp Lestari diduga penyebab banjir besar di Sumatera dan pihak manejemen PT Toba Pulp Lestari Tbk membantah tuduhan operasional perusahaan dengan kode saham INRU ini menjadi penyebab bencana ekologi yang terjadi di Sumatera.
Direktur & Sekretaris Perusahaan Toba Pulp Lestari Anwar Lawden menjelaskan seluruh kegiatan Hutan Tanaman Industri (HTI) telah melalui penilaian High Conservation Value (HCV) dan High Carbon Stock (HCS) oleh pihak ketiga.
Anwar menjabarkan dari total areal 167.912 Ha, INRU hanya mengembangkan tanaman eucalyptus sekitar 46.000 Ha dan sisanya dipertahankan sebagai kawasan lindung dan konservasi.
“Kami menghormati penyampaian aspirasi publik, namun mengharapkan informasi yang disampaikan didasarkan pada data yang akurat dan dapat diverifikasi,” tulisnya dalam keterbukaan informasi yang diterbitkan, Senin (1/12/2025).
Berdasarkan audit menyeluruh oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Anwar mengatakan, pada 2022–2023 hasilnya menyatakan Toba Pulp Lestari “TAAT” mematuhi seluruh regulasi.
Anwar menegaskan, INRU melakukan operasional pemanenan dan penanaman kembali di dalam konsesi berdasarkan tata ruang, Rencana Kerja Umum dan Rencana Kerja Tahunan yang ditetapkan pemerintah.
“Jarak waktu antara pemanenan dan penanaman hanya berselang paling lama satu bulan, sesuai dengan prosedur yang tercantum dalam dokumen Amdal,” jelas dia.
Kemenhut: Kayu Terbawa Banjir Bukan Hasil Pembalakan Liar
Terkait soal viral video banjir bandang di sejumlah wilayah Sumatera yang menunjukkan derasnya aliran air membawa ratusan batang kayu memicu kekhawatiran publik.
Banyak netizen langsung menduga bahwa kayu-kayu tersebut merupakan hasil pembalakan liar. Namun, Kementerian Kehutanan (Kemenhut) angkat suara dan membantah tudingan tersebut dengan penjelasan berbasis analisis teknis.
Dalam tayangan yang dipublikasikan oleh kanal YouTube Metro TV pada 29 November 2025, Direktur Jenderal Penegakan Hukum (Gakkum) Kemenhut, Dwi Januanto Nugroho, memberikan klarifikasi resmi terkait fenomena tersebut.
Ia menekankan bahwa kayu yang terlihat dalam video viral itu bukan berasal dari aktivitas ilegal, melainkan merupakan akibat dari kondisi alam dan tata kelola hutan yang sah.
Tiga Temuan Utama dari Analisis Kemenhut
Menurut Dwi Januanto, pihaknya telah melakukan investigasi mendalam dan menemukan tiga kategori sumber kayu yang terbawa arus banjir.
Pertama, sebagian besar kayu tersebut dalam kondisi lapuk atau sudah membusuk.
Kedua, kayu berasal dari pohon-pohon tumbang akibat terjangan siklon tropis yang baru-baru ini melanda kawasan Sumatera.
Ketiga, sejumlah batang kayu memang berasal dari area-area penebangan resmi yang diizinkan oleh pemerintah.
“Satu adalah kayu lapuk, dua juga kayu yang akibat tadi siklon—pohon tumbang, ya—dan ketiga juga di area-area penebangan, kayu-kayu yang biasa dari area-area penebangan,” ujar Dwi dalam wawancara tersebut.
Pernyataan ini sekaligus menepis anggapan bahwa banjir tersebut menjadi sarana untuk menyelundupkan hasil pembalakan liar.











