Topikseru.com – Pada perdagangan 3 Desember 2025 harga bitcoin diperdagangkan nyaris datar sepanjang pekan ini. Dalam sebulan terakhir, BTC turun hampir 21% dalam 30 hari terakhir.
Selama 7 hari terakhir, pergerakan harga Bitcoin nyaris tidak berubah.
Perilaku harga yang sempit ini menunjukkan adanya kisaran yang jelas: Bitcoin terjebak di zona 6% yang sama, di mana aksi beli dan jual saling menetralkan. Di balik permukaan, keseimbangan ini terlihat rapuh.
Kombinasi analisis teknikal dan data on-chain masih menunjukkan adanya risiko penurunan, kecuali jika kondisi berubah dengan sangat cepat. Lalu, bagaimana pergerakan harga Bitcoin hari ini?
Harga Bitcoin Naik 7,00% dalam Waktu 24 Jam
Pada 3 Desember 2025, harga Bitcoin tercatat berada di level $92,759 atau setara dengan Rp1.546.681.810, mengalami kenaikan 7,00% dalam 24 jam terakhir.
Sepanjang periode ini, BTC menyentuh level terendahnya di Rp1.440.431.570 dan harga tertingginya di Rp1.548.622.949.
Saat penulisan, kapitalisasi pasar Bitcoin berada di sekitar Rp30.633 triliun, dengan volume perdagangan dalam 24 jam terakhir yang naik 3% menjadi Rp1.410 triliun.
Rentang Segitiga Masih Bertahan, Namun Bitcoin Dekat Garis Risiko Penurunan
Harga Bitcoin saat ini bergerak dalam pola segitiga besar pada grafik 12 jam. Garis tren atas telah menolak semua upaya breakout yang terjadi pada 28 dan 30 November.
Sementara itu, upaya breakdown juga sempat muncul sebentar pada 1 Desember, tetapi pembeli berhasil mengangkat harga kembali sebelum candlestick ditutup.
Kini, harga berada sangat dekat dengan garis tren bawah yang terus naik — yang hampir sejajar dengan level support di $85.664. Dari posisi saat ini di sekitar $86.949, Bitcoin hanya perlu turun sekitar 1,5% untuk menembus struktur ini.
Sebaliknya, untuk breakout ke atas, harga perlu naik sekitar 5% menuju $91.637, yang membuat jalur kenaikan jangka pendek menjadi lebih sulit.
Aliran Dana Menambah Konteks
Indikator Chaikin Money Flow (CMF), yang mengukur apakah dana besar mengalir masuk atau keluar, telah menunjukkan kenaikan sejak 21 November.
CMF masih mencetak higher lows dan tetap berada di atas level nol. Inilah alasan utama mengapa harga Bitcoin belum mengalami penurunan sejauh ini — bisa jadi karena arus masuk ETF atau aksi beli dari pemilik dompet besar (whale).
Namun, CMF juga kini berada dekat dengan garis tren naiknya sendiri. Jika indikator ini jatuh di bawah garis tersebut atau turun kembali ke bawah nol, risiko penurunan harga akan meningkat secara signifikan.
Sampai saat itu terjadi, Bitcoin masih terus bergerak di antara level $85.664 dan $91.637 — batas atas dan bawah dari zona ketidakpastian selebar 6%.
Pembeli Jangka Pendek vs Penjual Jangka Panjang: Tarik-Ulur yang Rapuh
Data on-chain juga menjelaskan mengapa harga Bitcoin tetap terjebak dan belum menunjukkan arah yang jelas.
Para pemegang jangka panjang (long-term holders) terus melakukan aksi jual. Indikator Long-Term Holder Net Position Change tetap berada di zona merah sepanjang bulan ini dan bahkan memburuk sejak awal November. Pada 4 November, arus keluar bersih tercatat sekitar 48.620 BTC.
Namun hingga 1 Desember, nilainya melonjak menjadi sekitar 194.600 BTC — naik lebih dari 300% dibandingkan sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa pemegang dengan keyakinan tinggi terhadap Bitcoin masih terus mengurangi eksposur mereka.












