Topikseru.com – Di tengah medan berlumpur, jalan yang patah, dan desa-desa yang masih terputus sejak banjir besar menerjang Aceh Tamiang, sekelompok sukarelawan dari komunitas Medan Lawyer FC (MLFC) terus bergerak. Mereka bukan tim besar, bukan lembaga negara, hanya warga biasa yang memilih hadir saat banyak pintu tertutup.
Sudah sembilan hari mereka menyusuri kawasan terisolir di Kecamatan Kejuruan Muda, menembus empat desa yang hingga kini masih berjuang bangkit dari kehancuran: Desa Sidodadi, Desa Tanjung Mancang, Dusun Alor Gantung, dan Desa Sungai Liput.
Medan Berbahaya, Tapi Bantuan Harus Masuk

Material banjir masih berserakan. Pohon tumbang, jembatan rusak, dan kubangan lumpur yang dalam membuat akses menuju desa-desa itu hampir mustahil dilalui. Tapi para relawan MLFC tidak mundur.
Gumilar Aditya Nugroho, Presiden MLFC, bercerita bahwa timnya mulai bergerak sejak 2 Desember 2025, tak lama setelah menuntaskan operasi evakuasi di Kota Medan.
“Kami tahu akses ke Aceh Tamiang berat, tapi saudara-saudara kita di sana butuh bantuan. Kami tak mungkin menunggu,” ujar Gumilar, Minggu (7/12/2025).
Tim relawan terpaksa membuka jalan secara manual, mengangkat kayu, membersihkan runtuhan, dan menuntun kendaraan agar tidak terjebak.
Desa Hancur, Warga Bertahan dengan Sisa Tenaga

Saat tim akhirnya berhasil masuk, pemandangan yang mereka temui tak mudah dilupakan.
Rumah-rumah terbelah, sekolah rusak, dan warga bertahan dengan air seadanya. Banyak yang belum menerima suplai logistik sejak hari pertama banjir.












