TOPIKSERU.COM, TAPSEL – Direktur YOSL-OIC Syafrizaldi mengatakan, untuk meretas tantangan konservasi yang masih banyak, yakni dengan melakukan konsolidasi lintas organisasi nonpemerintah (NGO).
“Ditambah sinergitas pemerintah sebagai pemangku kebijakan. Melakukan pengawalan bersama untuk upaya konservasi,” ujar Syafrizaldi akhir pecan lalu, usai berlangsungnya Orangutan Festival (OU Fest) 2024 di Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, 23 hingga 25 Agustus.
Selain itu, menurut Aal, sapaan akrab Syafrizaldi, yakni dengan menghidupkan kembali kearifan-kearifan lokal. Ia pun menyoroti kearifan lokal tentang keberadaan satwa liar yang kini mulai hilang di tengah masyarakat. Padahal, menurut Aal, local wisdom menjadi salah satu upaya konservasi, terutama pada masyarakat yang tinggal di pinggiran hutan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kearifan Lokal Menjadikan Manusia Hidup Berdampingan Dengan Satwa
Di beberapa tempat, lanjut Aal, kearifan lokal ini masih hidup dan terjaga. Sehingga masyarakat bisa hidup berdampingan dengan satwa liar. Namun, di tempat lainnya ada yang sudah hilang. Terbukti dengan konflik antara satwa dengan manusia yang masih terjadi.
“Nah ini juga jadi tantangan tersendiri. Bagaimana kemudian mentransformasikan kesadaran baru bahwa coexistence hidup bersama berdampingan dengan satwa liar itu adalah sesuatu yang biasa. Nah di banyak tempat itu bahkan penerimaan terhadap satwa liarnya sangat bagus. Di beberapa tempat di sini saya menemukan ada orangutan yang bersarang di pohon durian. Dan itu dibiarkan oleh masyarakat,” urai Aal.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya