TOPIKSERU.COM, TAPSEL – Fasilitas Pemilahan Sampah atau disebut Waste Sortation Facility (WSF) PT Agincourt Resources tak terlalu sibuk, Kamis (26/9) siang. Sejumlah orang terlihat berbagi pekerjaan. Para pria memilah sampah kayu, sementara perempuan hilir mudik menata produk-produk daur ulang.
Fasilitas pengelolaan sampah domestik terpadu milik perusahaan pengelola Tambang Emas Martabe itu berada di areal sekitar setengah hektar.

Pengelolaannya, dipercayakan kepada 15 pengurus yang berasal dari Imajinasi Cerdas Berkarya (ICB). Komunitas pengelola sampah berbasis koperasi, yang digawangi anak-anak muda setempat di Batangtoru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
WSF Dilengkapi sejumlah fasilitas pengelolaan sampah. Yakni bangunan WSF, dumping pad, mesin konveyor pemilah sampah, mesin press, timbangan, container sampah residu, container sampah produk, kantor dan fasilitas pendukung lainnya.
Seluruh fasilitas yang ada di WSF, dipergunakan untuk memaksimalkan pengelolaan dan pengolahan sampah yang dihasilkan dari seluruh aktifitas di areal Tambang Emas Martabe.

“Kalau setiap hari ada sekitar 1 hingga 2 ton sampah yang dihasilkan,” ucap Bendahara ICB, Yanti Siregar saat berbincang dengan awak media.
Menurut Yanti, terdapat sebanyak 14 jenis sampah yang setiap hari masuk ke WSF. Sampah-sampah itu, didominasi sampah organik dan non organik.
Dari hasil pemilahan, sebanyak 70 persen disebutkan masih dapat dikelola baik di daur ulang maupun dijual kembali. Sementara 30 persennya merupakan residu.
“Kalau residu, dibawa ke TPST Aek sirara. Misalnya residu kayu, tanah, kain, tas dan sepatu,” ucap Yanti.
Daur Ulang Sampah Organik Telah Hasilkan Sejumlah Produk Bernilai Ekonomi
Terkhusus jenis sampah organik. WSF dalam pengelolaan ICB telah menghasilkan berbagai produk pengolahan bernilai ekonomi. Yanti menyebutkan, produk itu di antaranya Eco Enzyme, Maggot, Furniture dan kompos blok.
Eco Enzyme disebutkan menjadi produk paling laris dipasarkan dari WSF. Yanti menyebut, setiap bulan pihaknya memproduksi 80 hingga 100 botol cairan ramah lingkungan itu.

“Harganya 10 ribu per botol. Kalau bahan bakunya, sisa buah dan gula merah.
Dipanen per 3 bulan sekali,” ungkap Yanti.
Penulis : Damai Mendrofa
Editor : Muklis
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya