Scroll untuk baca artikel
Gaya Hidup

Hashtag ‘KaburAjaDulu’: Tren atau Tanda Bahaya? Simak Faktanya di Sini!

×

Hashtag ‘KaburAjaDulu’: Tren atau Tanda Bahaya? Simak Faktanya di Sini!

Sebarkan artikel ini
Tren Kabur Aja Dulu
Tren Kabur Aja Dulu

TOPIKSERU.COM Tagar atau hashtag ‘KaburAjaDulu’ belakangan ini ramai menghiasi media sosial seperti X (Twitter) dan Instagram. Bukan sekadar tren sesaat, tagar ini menjadi wadah bagi generasi muda untuk menyuarakan keresahan mereka terhadap kondisi ekonomi, politik, dan sosial di Indonesia.

Tagar ini pertama kali muncul pada Desember 2024 sebagai forum berbagi informasi mengenai peluang kerja di luar negeri, beasiswa, serta tantangan adaptasi budaya. Namun, seiring berjalannya waktu, makna tagar ini mengalami pergeseran drastis. Kini, #KaburAjaDulu lebih banyak digunakan sebagai bentuk kekecewaan kolektif terhadap berbagai masalah yang terjadi di dalam negeri.

Alasan di Balik Maraknya #KaburAjaDulu

Berbagai permasalahan yang melanda Indonesia menjadi pemicu utama munculnya tren ini, di antaranya:

Kenaikan harga kebutuhan pokok yang membuat hidup semakin sulit.

Beban pajak yang tinggi, sehingga masyarakat merasa semakin terbebani.

Lapangan kerja yang minim, menyebabkan angka pengangguran tetap tinggi.

Maraknya korupsi, yang membuat kepercayaan terhadap pemerintah semakin luntur.

Baca Juga  Fakta Mengejutkan di Balik Link Bokeh Chrome 2024 Android

Kualitas pendidikan yang rendah, mengurangi daya saing tenaga kerja lokal.

Meningkatnya angka kriminalitas, yang memperburuk rasa aman di dalam negeri.

Situasi ini membuat banyak generasi muda merasa tidak memiliki masa depan yang jelas jika tetap bertahan di Indonesia.

Fenomena Brain Drain dan Dampaknya bagi Indonesia

Maraknya tagar #KaburAjaDulu juga erat kaitannya dengan fenomena brain drain, yakni migrasi tenaga kerja terampil ke luar negeri demi mencari standar hidup dan karier yang lebih baik.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2024, 7,47 juta penduduk usia produktif masih menganggur, sementara rata-rata gaji pekerja di Indonesia hanya Rp3,27 juta. Angka ini dinilai tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti perumahan, pendidikan, dan kesehatan.

Jika fenomena ini terus berlanjut tanpa kebijakan konkret dari pemerintah, Indonesia berisiko kehilangan SDM unggul, yang dapat berdampak negatif pada: