Scroll untuk baca artikel
Ekonomi dan Bisnis

Jika Selat Hormuz Ditutup Iran, Seberapa Besar Dampak Ekonomi yang Diderita AS dan Eropa?

×

Jika Selat Hormuz Ditutup Iran, Seberapa Besar Dampak Ekonomi yang Diderita AS dan Eropa?

Sebarkan artikel ini
Selat Hormuz
Iran berencana akan menutup Selat Hormuz sebagai jalur strategis.

Topikseru.com – Wacana penutupan Selat Hormuz oleh Iran kian nyata setelah Parlemen Republik Islam itu menyetujui usulan pembatasan pelayaran di jalur strategis tersebut.

Di tengah eskalasi militer dengan Israel dan serangan udara Amerika Serikat (AS), Selat Hormuz kembali menjadi titik api geopolitik global.

Namun, pertanyaan besar muncul, seberapa besar dampak ekonomi yang akan diderita AS dan Eropa jika Iran benar-benar menutup Selat Hormuz?

Selat Hormuz Jalur Energi Dunia

Selat Hormuz adalah jalur laut sempit yang menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab. Lebih dari 20% pasokan minyak mentah dunia melintas setiap hari dari selat ini.

Itu berarti, sekitar 17 juta barel minyak per hari – termasuk dari negara produsen utama seperti Arab Saudi, Irak, Uni Emirat Arab, dan Kuwait – bergantung pada kelancaran pelayaran di titik ini.

Baca Juga  Satu Jemaah Haji Asal Medan Wafat di Tanah Suci, Total 14 Jemaah Sumut Meninggal Dunia

Bagi negara Barat, terutama Eropa dan Amerika Serikat, ketergantungan terhadap pasokan energi global yang melewati Selat Hormuz tidak bisa diremehkan, meskipun AS telah mengurangi impor minyak dari kawasan tersebut sejak booming shale oil pada dekade terakhir.

Kerugian Ekonomi AS Jika Selat Hormuz Tertutup

Walaupun produksi domestik energi AS meningkat, harga minyak dunia tetap memengaruhi ekonomi Amerika secara langsung. Jika Selat Hormuz ditutup:

1. Lonjakan harga minyak global

Harga minyak bisa melonjak ke atas US$150 per barel, memicu kenaikan harga BBM, inflasi, dan tekanan terhadap daya beli masyarakat.

2. Gangguan rantai pasok global

Industri pengolahan, penerbangan, dan logistik akan terkena dampak. Biaya operasional perusahaan AS meningkat, menekan keuntungan dan memicu volatilitas di pasar keuangan.

3. Peningkatan biaya militer dan keamanan