Misalnya, konflik Rusia-Ukraina pada 2022, Israel-Gaza pada 2023, dan Iran-Israel 2025 tidak terlalu mengganggu harga Bitcoin.
“Konflik geopolitik meningkatkan ekspektasi inflasi global melalui lonjakan belanja fiskal, gangguan rantai pasok, dan kenaikan harga komoditas. Dalam jangka panjang, faktor-faktor ini cenderung menguntungkan Bitcoin,” ungkap Fyqieh dalam keterangannya, dikutip Selasa (24/6/2025).
Misalnya, setelahserangan rudal Israel ke Iran pada 13 Juni 2025, harga BTC sempat turun, tetapi pulih kembali dalam beberapa hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bahkan, perusahaan milik Michael Saylor, Strategy, mengakuisisi 10.001 BTC senilai USD 1 miliar pada 16 Juni, menunjukkan keyakinan institusional terhadap prospek jangka panjang aset ini.
Namun, Fyiqeh memperingatkan BTC tetap sensitif terhadap reaksi awal pasar terhadap perang, dengan kemungkinan tekanan jual sesaat setelah konflik pecah.
Strategi Industri Kripto Hadapi Geopolitik
Ketidakpastian global yang dipicu oleh konflik geopolitik di Timur Tengah dan dinamika ekonomi makro internasional tak membuat pelaku industri kripto mundur.
Justru di tengah situasi yang menantang, perusahaan bursa kripto ini terus memperkuat ekosistem dan strategi internal demi menjawab kebutuhan investor di Indonesia.
CMO Tokocrypto, Wan Iqbal mengatakan gejolak saat ini menjadi momentum penting untuk memperdalam edukasi pasar dan meningkatkan pemahaman investor terhadap nilai jangka panjang aset digital, terutama Bitcoin, serta teknologi blockchain dan Web3 yang mendasarinya.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya