Prospek yang dirilis OPEC dan EIA pada Selasa (12/8) memproyeksikan kenaikan produksi minyak tahun ini, yang turut menekan harga.
Meski begitu, kedua lembaga tersebut memperkirakan produksi AS, produsen minyak terbesar dunia akan menurun pada 2026, sementara wilayah lain justru meningkatkan produksi minyak dan gas.
EIA memperkirakan produksi minyak mentah AS akan mencapai rekor 13,41 juta barel per hari pada 2025 berkat peningkatan produktivitas sumur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, harga minyak yang lebih rendah diperkirakan akan memicu penurunan produksi pada 2026.
Sementara itu, laporan bulanan OPEC memperkirakan permintaan minyak global akan naik 1,38 juta barel per hari pada 2026, naik 100.000 barel per hari dari proyeksi sebelumnya. Proyeksi 2025 tidak berubah.
Dari sisi geopolitik, Gedung Putih menurunkan ekspektasi tercapainya kesepakatan gencatan senjata Rusia-Ukraina dalam waktu dekat. Hal ini dapat membuat investor mengoreksi perkiraan mengenai berakhirnya perang dan pelonggaran sanksi terhadap pasokan minyak Rusia, yang sebelumnya menjadi salah satu faktor penopang harga.
Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin dijadwalkan bertemu di Alaska pada Jumat (15/8) untuk membahas upaya mengakhiri perang.
“Trump meredam ekspektasi atas pertemuannya dengan Presiden Putin. Namun, ekspektasi adanya sanksi tambahan terhadap minyak mentah Rusia terus menurun,” tulis Daniel Hynes, Senior Commodity Strategist ANZ, dalam sebuah catatan riset.
Halaman : 1 2