Akan tetapi, dalam jangka panjang, prospeknya cenderung bearish. Pasalnya, Wahyu mengatakan, sebagian besar proyeksi menunjukkan, harga minyak WTI akan menghadapi tekanan ke bawah, mengingat pertumbuhan pasokan global yang melampaui pertumbuhan permintaan.
“Kompetisi dan outlook energi terbarukan juga menjadi salah satu faktor yg bisa menekan harga,” kata Wahyu.
Namun, potensi adanya konflik geopolitik atau stimulus ekonomi yang tak terduga dapat mengubah arah pergerakan harga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sentimen bearish ini juga didukung oleh peningkatan produksi OPEC+. Diketahui, OPEC+ telah menyepakati peningkatan produksi sebesar 548.000 barel per hari yang dimulai pada Agustus 2025.
“Keputusan ini, yang lebih cepat dari jadwal semula, menciptakan kelebihan pasokan global dan menekan harga,” ujar Wahyu.
Dus, hingga akhir tahun Wahyu memproyeksikan harga minyak global akan ada di rentang US$ 57 – US$ 65 per barel.
Halaman : 1 2