Sedangkan, rupiah berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI) melemah tipis 0,01% secara harian ke Rp 16.463 per dolar AS.
Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka, Sutopo Widodo mengatakan, pergerakan rupiah pada Selasa (2/9/2025) diproyeksikan akan cenderung dipengaruhi oleh sentimen global, terutama dari Amerika Serikat.
Data ekonomi AS, seperti data inflasi PCE (Personal Consumption Expenditures) dan perkembangan kebijakan moneter The Fed, akan menjadi faktor utama yang menentukan arah pergerakan dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jika data tersebut menunjukkan sinyal bahwa The Fed berpotensi melonggarkan kebijakan moneternya lebih cepat dari perkiraan, maka dolar AS dapat melemah dan memberi ruang bagi penguatan rupiah.
Sebaliknya, jika data AS menunjukkan ekonomi yang kuat dan inflasi yang persisten, sentimen higher for longer (suku bunga tinggi dalam jangka waktu lebih lama) akan kembali mendominasi dan berpotensi menekan rupiah.
“Meskipun rupiah ditutup menguat pada Senin (1/9/2025), volatilitas masih mungkin terjadi,” ujar Sutopo kepada Kontan, Senin (1/9/2025).
Di samping faktor eksternal, Sutopo menyebut sentimen domestik juga perlu dicermati. Perkembangan situasi politik di dalam negeri, termasuk isu-isu yang dapat memicu ketidakpastian, akan menjadi perhatian investor.
Intervensi aktif dari Bank Indonesia (BI) untuk menjaga stabilitas nilai tukar juga akan menjadi katalis penting. Kombinasi antara data ekonomi global dan stabilitas politik domestik akan menentukan apakah rupiah dapat melanjutkan penguatannya atau kembali tertekan di sesi perdagangan berikutnya.
Sutopo memproyeksikan rupiah pada Selasa (2/9/2025) akan bergerak di rentang Rp 16.400 – Rp 16.500 per dolar AS.
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya