Menurut Direktur Avere Investama Teguh Hidayat, kenaikan IHSG lebih banyak dipengaruhi bobot kapitalisasi saham tertentu.
Data BEI menunjukkan, saat IHSG menembus level 8.000 pada 15 Agustus, ada 451 saham (47,17%) yang justru melemah, sementara yang menguat hanya 244 saham (25,52%).
Teguh menilai, IHSG terlihat kokoh, tetapi mayoritas saham tetap lesu. Hal ini terlihat dari pergerakan saham-saham populer seperti BBCA, BBRI, TLKM, dan ASII yang cenderung bergerak di kisaran harga yang sama.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bagaimana pandangan analis lain?
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory, Ekky Topan, menyebut penguatan IHSG belakangan ini bertumpu pada saham-saham besar, khususnya DCII dan PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA).
“Jika keduanya dikeluarkan dari perhitungan, IHSG kemungkinan hanya berada di kisaran 7.500,” jelas Ekky.
Ekky menilai, ini membuktikan penguatan IHSG belum ditopang secara merata oleh seluruh sektor, termasuk perbankan, konsumer, dan sektor rill.
Sementara itu, pengamat pasar modal Hendra Wardana menilai secara teknikal, IHSG masih rawan terkoreksi.
“Jika terjadi profit taking di saham fenomenal seperti DCII, DSSA, atau BREN, IHSG bisa kembali menguji support di area 7.400–7.500. Sebaliknya, jika sektor perbankan dan konsumer ikut bergerak positif, IHSG baru memiliki tenaga lebih berimbang,” ujarnya.
Halaman : 1 2