Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai, penguatan IHSG terjadi di tengah kondisi pasar global yang masih tertekan.
Menurutnya, kenaikan ini terjadi di tengah penguatan nilai tukar rupiah dan pelemahan bursa Asia.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup sedikit melemah 1,5 poin atau 0,01% ke posisi Rp 16.415 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.414 per dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sementara itu, bursa saham regional Asia kompak ditutup melemah. Shanghai Composite Index turun 1,16%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,60%, dan Nikkei Jepang melemah 0,82%. Indeks Straits Times Singapura juga mencatatkan penurunan tipis 0,21%.
“Kami perkirakan, dengan adanya kondisi yang nampaknya mulai kondusif, membuat para investor kembali ke pasar modal (Indonesia) hari ini,” jelas Herditya.
Equity Research Analyst Phintraco Sekuritas, Alrich Paskalis Tambolang menambahkan, kenaikan IHSG turut ditopang oleh pergerakan saham-saham berkapitalisasi besar (big caps).
Secara teknikal, Alrich melihat indikator Stochastic RSI membentuk pola golden cross di area oversold, yang menjadi sinyal potensi pembalikan arah ke tren naik. Sementara itu, indikator MACD menunjukkan penyempitan negative slope, mendukung potensi penguatan.
Untuk perdagangan Kamis (4/9), Alrich memproyeksikan IHSG masih berpeluang melanjutkan penguatan dengan level support di 7.800 dan resistance di 7.970.
Senada, Herditya juga memproyeksikan IHSG masih berpeluang naik dengan support di 7.858 dan resistance di 7.931.
Menurutnya, investor akan mencermati data tenaga kerja AS serta pergerakan harga komoditas emas yang masih menunjukkan tren naik.
Meski demikian, Alrich mengingatkan adanya potensi aksi profit taking, terutama menjelang libur panjang akhir pekan.
Selain itu, kekhawatiran terhadap kondisi global serta dinamika politik dalam negeri juga patut diwaspadai.