Di sisi lain, ekspor minyak mentah Arab Saudi ke China diperkirakan melonjak pada Oktober. Data perdagangan menunjukkan Aramco akan mengirimkan 1,65 juta barel per hari, naik tajam dari 1,43 juta barel per hari pada September.
Namun, analis UBS Giovanni Staunovo menilai pasar masih mempertanyakan berapa lama China bisa menyerap pasokan besar tersebut dan menjaga stok rendah di negara-negara OECD. Investor juga mencermati risiko sanksi baru yang berpotensi menekan minyak Rusia.
Di Rusia, pendapatan dari ekspor minyak mentah dan produk turun tajam pada Agustus ke salah satu level terendah sejak perang Ukraina, menurut IEA.
Upaya membatasi perdagangan energi Rusia terus dibahas. Menteri Energi AS Chris Wright dan Komisaris Eropa untuk Energi Dan Jorgensen melakukan pertemuan di Brussels. Jorgensen menyebut tenggat Uni Eropa memang ambisius, tetapi proses harus dipercepat.
Sementara itu di India, Adani Group, operator pelabuhan swasta terbesar, melarang masuk kapal tanker yang terkena sanksi Barat. Kebijakan ini berpotensi mengganggu pasokan minyak Rusia ke dua kilang utama India.
Dari sisi makroekonomi, inflasi konsumen AS pada Agustus tercatat naik tertinggi dalam tujuh bulan, didorong biaya perumahan dan pangan.
Lonjakan klaim tunjangan pengangguran pekan lalu meningkatkan ekspektasi bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga pada Rabu depan. Langkah ini dipandang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus permintaan minyak.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis tetap menahan suku bunga sesuai perkiraan. Namun, ketidakpastian masih tinggi karena para pelaku pasar menilai peluang pemangkasan suku bunga berikutnya di Eropa ibarat “lemparan koin”.












