Namun, Sutopo bilang, bahwa pelemahan indeks dolar belum cukup untuk membalikkan tren pelemahan rupiah secara keseluruhan dalam beberapa bulan terakhir.
Sutopo menyebut, untuk mencermati pergerakan rupiah pada Senin nanti, ada dua sentimen utama yang perlu diperhatikan.
Pertama, perkembangan dari kebijakan The Fed menjelang pertemuan tanggal 17 September.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Jika ada pernyataan atau data tambahan yang semakin menguatkan kemungkinan pemangkasan suku bunga, rupiah bisa mendapatkan dorongan positif.
Kedua, perhatikan sentimen domestik. Meskipun sentimen eksternal mendukung, nilai tukar rupiah masih rentan terhadap faktor dalam negeri dan arus modal.
Investor akan memantau data ekonomi domestik dan kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mencari petunjuk arah pergerakan rupiah selanjutnya. Jika pasar tetap optimistis terhadap kondisi ekonomi Indonesia, rupiah berpotensi menguat.
Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede memperkirakan, rupiah masih berpotensi bergerak stabil dengan kecenderungan menguat terbatas.
Dukungan datang dari sentimen global, khususnya pelemahan dolar AS setelah pasar semakin yakin The Fed akan memangkas suku bunga pada rapat pekan depan.
Sentimen ini mendorong minat investor terhadap aset di negara berkembang, termasuk rupiah.
Selain itu, imbal hasil obligasi Indonesia yang relatif menarik juga masih memberi daya tarik bagi investor asing.
Namun demikian, ruang penguatan rupiah tetap terbatas karena pelaku pasar cenderung menahan diri menjelang pengumuman resmi dari The Fed dan Bank Indonesia.
Sutopo memproyeksikan rupiah pada Senin (14/9/2025) bergerak di rentang Rp16.350 – Rp 16.450 per dolar AS.
Sedangkan Josua memperkirakan rupiah di rentang Rp 16.350 – Rp 16.430 per dolar AS.
Halaman : 1 2