Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,38% Terkapar di Level Rp16.749 Per Dolar AS Sore Ini

Kamis, 25 September 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

rupiah spot ditutup melemah 0,38% berada level Rp 16.749 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.685 per dolar AS.

rupiah spot ditutup melemah 0,38% berada level Rp 16.749 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.685 per dolar AS.

Ia menambahkan, reposisi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, melainkan juga di negara emerging market lainnya.

Investor asing turut mengalihkan dana mereka ke aset lain, seperti saham perusahaan teknologi maupun komoditas logam mulia, termasuk emas, platinum, dan paladium.

“Kita kan juga sama trennya dengan emerging market lain kecenderungannya turun. Imbal hasil aset di Indonesia ya, terutama di fixed income. Tapi kalau saham mereka melihat masih lumayan menarik di beberapa sektor. Sehingga relatif stabil,” jelas David.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara itu, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, menyoroti siklus pelonggaran kebijakan moneter BI yang masih berlangsung, serta intervensi BI di pasar.

Menurutnya, kondisi ini membuat selisih suku bunga terhadap dolar semakin menyempit, namun operasi pasar yang konsisten membantu meredam gejolak.

“Tambahan lagi, rencana bank BUMN menaikkan bunga simpanan dolar menjadi 4% mulai awal November berpotensi meningkatkan preferensi menyimpan valas di dalam negeri, sehingga kebutuhan dolar taktis bisa naik dan menahan penguatan rupiah,” jelas Josua.

Dari sisi fiskal, DPR telah menyetujui defisit RAPBN 2026 sebesar 2,68% dari PDB, lebih tinggi dari rancangan awal. Josua menilai, meski kenaikan defisit belum otomatis negatif, pasar tetap sensitif terhadap arah kebijakan fiskal yang cenderung lebih longgar.

Ia menekankan pentingnya menjaga jangkar fiskal di batas defisit 3% dengan fleksibilitas yang terukur. Hal ini dinilai lebih kondusif untuk pertumbuhan dan menopang rupiah. Sebaliknya, skenario penghapusan batas defisit berpotensi meningkatkan premi risiko, mendorong arus keluar modal, dan menekan rupiah.

Terkait CDS, Josua menegaskan bahwa indikator ini menjadi barometer risiko negara. Jika premi CDS melebar, maka biaya lindung nilai dan premi risiko meningkat, sehingga minat asing terhadap SBN maupun obligasi korporasi bisa menurun.

“Dalam praktik harian, pergerakan rupiah lebih cepat merespons dinamika dolar global, yuan, imbal hasil US Treasury, dan berita kebijakan dibandingkan level CDS itu sendiri,” jelas Josua.

Ekonom sekaligus analis pasar modal, Ferry Latuhihin, menyoroti kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang melemah.

Baca Juga  Rupiah Spot Melemah 0,28% Dibuka di Level Rp16.573 Per Dolar AS

Ia menyebut penerimaan PPN di semester pertama 2025 turun hampir 20% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara shortfall fiskal sudah mencapai sekitar Rp 30 triliun dan diperkirakan membengkak menjadi Rp 112 triliun hingga akhir tahun. Pertumbuhan kredit perbankan pun melambat dari dua digit menjadi hanya 7%.

“Rupiah melemah karena fundamental ekonomi kita reyot. Sehingga lebih banyak uang atau kapital yang keluar daripada yang masuk,” ujar Ferry.

Menurut Ferry, kebijakan pemerintah yang ultra-populis turut menggerus ketahanan fiskal. Ia memperkirakan tahun depan pemerintah harus menerbitkan surat utang baru senilai Rp 1.400 – Rp 1.500 triliun untuk membayar cicilan utang lama beserta bunganya, sekaligus menutup defisit APBN.

“Ini bisa menyebabkan dana asing kabur karena kalau yield curve bergeser ke atas, harga obligasi akan turun. Dengan Debt Service Ratio (DSR) sebesar 23,9%, pemerintah sudah hampir tidak punya ruang untuk melakukan stimulus,” terang Ferry.

Ia juga menilai penurunan suku bunga acuan BI ikut menekan rupiah dan mencerminkan kondisi ekonomi domestik yang tidak baik-baik saja. Bahkan, pada Agustus lalu pemerintah sudah dikabarkan menarik utang baru sebesar Rp 463 triliun.

Proyeksi rupiah

Untuk proyeksi ke depan, David memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.500 – Rp 16.800 per dolar AS hingga akhir 2025.

Sementara Josua memproyeksikan kurs rupiah di level Rp 16.300 – Rp 16.400 per dolar AS pada akhir tahun, dengan asumsi indeks dolar bertahan di kisaran 96–99, penurunan suku bunga The Fed berlangsung bertahap, BI tetap menjaga stabilisasi pasar, dan kebijakan fiskal konsisten pada batas defisit 3%.

Namun ia mengingatkan adanya risiko penguatan dolar yang lebih lama, pelemahan yuan lebih dalam, serta sinyal pelonggaran fiskal yang agresif.

Adapun Ferry memprediksi rupiah bisa mencapai Rp 18.000 per dolar AS di akhir tahun.

“Seandainya mencapai Rp 18.000 per dolar AS, saya perkirakan bisa terjadi speculative attack oleh hedge funds yang akan memperlemah rupiah terus. Maka bisa terjadi currency crisis,” kata Ferry.

 

Follow WhatsApp Channel topikseru.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Harga Bitcoin Melorot 2,35% Berada di Level $109,657 Atau Setara Dengan Rp1.847.419.542 Per Koin
Rupiah Melemah 0,16% Dibuka di Level Rp16.775 Per Dolar AS di Awal Perdagangan Jumat (26/9/2025)
IHSG Menguat 20,15 Poin Bertengger di Level 8.060,815 di Awal Perdagangan Jumat (26/9/2025)
Harga Bahan Pokok Naik, Inflasi Medan Tembus 3,67% pada Agustus 2025
Pertamina Patra Niaga Sumbagut Latih 39 UMKM, Dorong Produk Lokal Jadi Top of Mind
Harga Emas Bertahan Stabil Berada di Level US$ 3.737,01 Per Ons Troi
IHSG Melemah 50,78 Poin Terduduk di Level 8.075 di Perdagangan Sesi I Kamis (25/9/2025) Siang Ini
Rupiah Spot Masih Terus Tertekan Melemah 0,34% Berada di Level Rp16.741 Per Dolar AS Siang Ini

Berita Terkait

Jumat, 26 September 2025 - 11:46

Harga Bitcoin Melorot 2,35% Berada di Level $109,657 Atau Setara Dengan Rp1.847.419.542 Per Koin

Jumat, 26 September 2025 - 11:18

Rupiah Melemah 0,16% Dibuka di Level Rp16.775 Per Dolar AS di Awal Perdagangan Jumat (26/9/2025)

Jumat, 26 September 2025 - 11:08

IHSG Menguat 20,15 Poin Bertengger di Level 8.060,815 di Awal Perdagangan Jumat (26/9/2025)

Kamis, 25 September 2025 - 19:56

Harga Bahan Pokok Naik, Inflasi Medan Tembus 3,67% pada Agustus 2025

Kamis, 25 September 2025 - 19:27

Pertamina Patra Niaga Sumbagut Latih 39 UMKM, Dorong Produk Lokal Jadi Top of Mind

Berita Terbaru