Pun, realisasi stimulus fiskal yang sudah diinjeksi pemerintah seperti penempatan dana Rp 200 triliun di bank-bank pelat merah juga belanja APBN akhir tahun bakal jadi katalis gerak IHSG hingga akhir tahun.
Tak kalah penting, hasil kinerja emiten di kuartal III dan kuartal IV turut jadi penentu arah IHSG ke depan, khususnya sektor perbankan, komoditas, dan konsumer.
Nico menambahkan, faktor window dressing pun diharapkan menjadi pendorong tambahan laju IHSG pada kuartal IV.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Strategi Investasi
Di tengah berbagai sentimen ini, Felix menyarankan investor sebaiknya lebih selektif dalam berinvestasi. Saat tren net sell asing masih jumbo, menurutnya akan lebih aman bila investor lebih fokus pada saham berfundamental kokoh dan yang mendapat banyak dukungan sentimen domestik.
Felix menyebut, sektor bank berkapitalisasi pasar besar jadi salah satunya, karena pergerakan harga saham bank menurutnya cenderung sejalan dengan aliran dana asing.
Selain itu, sektor consumer staples dan retail pun menurutnya bisa diuntungkan oleh sentimen belanja akhir tahun dan potensi daya beli masyarakat Indonesia yang stabil.
Juga, sektor energi terbarukan dan komoditas seperti nikel dan emas bisa dijadikan pilihan lindung nilai (hedge) di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global saat ini.
Saham-saham sektor tersebut, ditambah sektor teknologi, menurut Nico bisa jadi pilihan sebab berpotensi mendapatkan sentimen positif dari aksi window dressing.
IHSG berpotensi uji level psikologis 8000
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi melemah menuju level psikologis 8.000 pada Kamis (2/10/2025). Adapun IHSG menutup perdagangan Rabu (1/10) dengan melemah 0,21% ke level 8.043,92.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan IHSG melemah terbatas seiring dengan aksi profit taking investor.
Padahal sejumlah data makro ekonomi Indonesia menunjukkan angka yang positif. Yakni, tingkat inflasi yang masih dalam kisaran target Bank Indonesia (BI) yaitu 1,5%–3,5%.
Adapun tingkat inflasi tahunan Indonesia naik menjadi 2,65% pada September 2025 dari posisi Agustus 2025 sebesar 2,31%. Ini menjadi yang tertinggi sejak Mei 2024.
Tak hanya itu, surplus perdagangan Tanah Air melebar menjadi US$ 5,48 miliar pada Agustus 2025. Angka tersebut naik dari posisi Agustus 2025 yang mencapai US$ 2,78 miliar.
“Angka surplus neraca perdagangan itu jauh di atas perkiraan pasar sebesar U$ 3,99 miliar dan surplus perdagangan terbesar sejak Oktober 2022,” jelasnya dalam riset yang dirilis, Rabu (1/10/2025).
Investment Advisor Phintraco Sekuritas Alrich Paskalis menambahkan selain indikator ekonomi domestik, pergerakan IHSG pada Rabu (1/10) juga dipengaruhi oleh berita government shutdown di Amerika Serikat (AS)
“Government shutdown di AS terjadi karena Senat gagal mencapai kesepakatan anggaran belanja tahunan pada Selasa malam waktu AS ,” jelasnya.
Secara teknikal, lanjut Alrich, histogram negatif pada MACD masih berlanjut serta Stochastic RSI berada pada pivot area.
Sehingga dia memperkirakan IHSG berpotensi uji level psikologis 8000 pada perdagangan Kamis (2/10/2025).
Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menambahkan IHSG diperkirakan limited upside karena terjadi konsolidasi minor. Adapun RSI negatif, sedangkan Stochastics K_D masih positif dan volume meningkat.
Dia memproyeksikan IHSG akan menguji support di 8.021 dan 7.935, dengan level resistance di 8.152 dan 8.204. Nafan menyarankan investor untuk akumulasi saham dengan solid yang prospek.
“Investor juga dapat menerapkan strategi buy on dip atau merealisasikan keuntungan jika diperlukan sambil memanfaatkan manajemen risiko secara aktif,” ucap Nafan.
Sementara untuk perdagangan Kamis (2/10/2025), saham pilihan Phintraco Sekuritas jatuh pada saham UNVR, ANTM, JPFA, MAIN, dan PYFA.
Halaman : 1 2