“Proyeksi Rupiah hari ini (2 Oktober 2025) cenderung mengarah pada konsolidasi stabil dengan kecenderungan penguatan tipis,” ujar Sutopo.
Sutopo menambahkan, pergerakan rupiah besok akan menjadi pertarungan antara sentimen pelemahan dolar karena politik AS melawan data ekonomi AS yang menentukan arah kebijakan moneter The Fed.
Selama Dolar AS masih ditekankan oleh kegagalan kesepakatan anggaran, rupiah mempunyai kesempatan untuk beristirahat dari tren pelemahan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Namun, pelaku pasar harus mewaspadai sentimen domestik dan juga melihat bagaimana imbal hasil obligasi AS bergerak sebagai indikator utama aliran modal di pasar global, yang akan menentukan apakah penguatan rupiah ini hanya bersifat sementara atau memiliki daya tahan lebih lanjut.
Sutopo memprediksi rupiah pada perdagangan besok (2/10) bergerak terbatas antara Rp 16.580 – Rp 16.680 per dolar AS.
Sementara itu, Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi mengatakan, pergerakan rupiah ini salah satunya dipengaruhi rilis data surplus dagang Indonesia.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai surplus neraca perdagangan Indonesia mencapai US$ 5,49 miliar pada Agustus 2025.
Surplus ini didapat dari ekspor sebesar US$ 24,96 miliar dan impor US$ 19,43 miliar. Posisi ekspor masih lebih tinggi dibandingkan impor pada Agustus 2025.
“Ini adalah surplus 64 bulan beruntun sejak tahun 2020,” ujar Ibrahim.
Selain itu, tingkat inflasi Indonesia September 2025 sebesar 0,21% secara bulanan (mtm) dan sebesar 2,65% YoY. terjadi kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 185,1 agustus 2025 menjadi 187,4 pada September 2025.
Sebelumnya, BPS mencatat deflasi terjadi bulanan pada Agustus 2025 di level 0,08% mtm dari Juli 2025.
Ibrahim memperkirakan rupiah pada Kamis (2/10/2025) bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat direntang Rp 16.580 – Rp 16.640 per dolar AS.
Halaman : 1 2