Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mencermati, pergerakan rupiah dipengaruhi oleh risalah pertemuan Federal Open Market Committe (FOMC) yang hampir dengan suara bulat memutuskan menurunkan suku bunga acuan, serta mengisyaratkan dua penurunan suku bunga lagi sampai akhir tahun ini.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong menambahkan, penguatan rupiah terhadap dolar AS didukung oleh intervensi BI menstabilkan nilai tukar rupiah.
Untuk perdagangan Jumat (10/10), Lukman melihat rupiah akan bergantung pada pidato Gubernur The Fed Jerome Powell yang diperkirakan masih hawkish.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ekonom Permata Bank Josua Pardede: Rupiah Berpotensi Melemah dan Bergerak Dalam Kisaran Rp 16.500–Rp 16.600 Per Dolar AS
Pada perdagangan Kamis (9/10/2025) rupiah menguat tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menandakan pergerakan rupiah masih terbatas di tengah sentimen global yang cenderung hati-hati.
Mengacu data Bloomberg, rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 16.568 per dolar AS, menguat tipis 0,03% dibandingkan posisi perdagangan sebelumnya.
Sementara berdasarkan kurs Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah juga tercatat menguat 0,04% ke posisi Rp 16.534 per dolar AS.
Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede menilai, penguatan rupiah yang terbatas mencerminkan sikap wait and see pelaku pasar terhadap dinamika ekonomi dan politik global.
“Investor masih mengantisipasi perkembangan politik global, mulai dari Jepang hingga Eropa,” ujar Josua.
Untuk perdagangan Jumat (10/10), Josua memperkirakan rupiah masih akan bergerak terbatas seiring investor menunggu kejelasan soal potensi penutupan pemerintahan (government shutdown) di AS.
“Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, rupiah berpotensi melemah dan bergerak dalam kisaran Rp 16.500–Rp 16.600 per dolar AS,” tambahnya.
Halaman : 1 2