Topikseru.com – Pada perdagangan Senin (13/10/2025) pagi. Pukul 09.12 WIB rupiah spot menguat berada di level Rp 16.567 per dolar Amerika Serikat (AS), menguat 0,03% dari akhir pekan lalu yang ada di Rp 16.570 per dolar AS.
Di Asia, mayoritas mata uang menguat terhadap dolar AS. Baht Thailand mencatat kenaikan terbesar yakn 0,26%, disusul pesso Filipina yang naik 0,19%.
Yuan China menguat 0,08%, dolar Singapura naik 0,06%, dolar Hong Kong naik 0,04% dan rupiah naik 0,03% terhadap dolar AS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Sedangkan mata uang Asia lainnya melemah terhadap dolar AS pagi ini. Yen Jepang melemah 0,44%, dolar Taiwan melemah 0,15%, won Korea melemah 0,08%, ringgit Malaysia melemah 0,007%.
Sementara itu, indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia ada di 98,88, turun dari akhir pekan lalu yang ada di 98,97.
Analis Pasar: Indeks Dolar AS Dapat Berada di Posisi 101,70 Pada Akhir Tahun

Pada perdagangan Jumat (10/10/2025), indeks dolar AS (DXY) tercatat di level 98,978, turun 0,56% secara harian. Namun menguat hampir 2% dalam sepekan, dan naik 1,35% dalam sebulan terakhir.
Indeks dolar Amerika Serikat (AS) sempat merangkak naik pada pekan lalu. Namun, penguatannya dinilai hanya sementara.
Menanggapi hal tersebut Research & Development PT Trijaya Pratama Futures, Alwy Assegaf mencermati, pelemahan mata uang euro (EUR) dan yen (JPY) pada pekan lalu menyokong penguatan sementara dolar AS.
Di Eropa, gejolak politik terjadi di Prancis, dipicu pengunduran diri Perdana Menteri Sebastien Lecornu setelah kurang dari sebulan menjabat. Meskipun, Presiden Emmanuel Macron telah menunjuknya kembali sebagai Perdana Menteri pada Jumat (10/10/2025).
Sementara itu, Alwy melanjutkan, pelemahan yen tak terlepas dari terpilihnya Sanae Takaichi sebagai pemimpin baru Partai Demokrat Liberal di Jepang.
“Takaichi dikenal pro terhadap kebijakan Abenomics, sehingga yen melemah cukup signifikan,” terangnya.
Alwy menjelaskan, Abenomics merujuk pada kebijakan yang diambil Shinzo Abe saat menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang pada 2012. Kebijakan ini pro terhadap stimulus jumbo dan suku bungga longgar.
Halaman : 1 2 Selanjutnya