Selain faktor eksternal, pasar juga menunggu pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell yang akan membahas arah kebijakan moneter dalam forum tahunan Asosiasi Ekonomi Bisnis Nasional di Philadelphia.
Di sisi lain, kondisi ekonomi Indonesia masih menunjukkan ketahanan yang baik. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12%, didorong konsumsi rumah tangga dan investasi yang solid.
Sementara itu, ekspor Indonesia pun tumbuh 7,8% secara tahunan berkat hilirisasi mineral, terutama nikel dan tembaga.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Fundamental ekonomi kita masih kuat, inflasi terjaga, dan neraca perdagangan surplus. Namun, pasar keuangan kita masih sangat sensitif terhadap gejolak eksternal,” kata Ibrahim.
Sementara, analis Doo Financial Futures Lukman Leong memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif dengan kecenderungan melemah pada perdagangan Rabu (15/10/2025).
“Sentimen masih didominasi tensi dagang AS–China. Jika rencana pertemuan Xi–Trump gagal, pasar bisa bereaksi negatif,” ujar Lukman.
Ia memperkirakan kisaran pergerakan rupiah di Rp 16.500–Rp 16.650 per dolar AS.
Senada, David Sumual, Ekonom BCA, menilai tekanan rupiah juga diperparah oleh pelemahan bursa saham domestik dan masih adanya ketidakpastian mengenai arah kebijakan fiskal pemerintah.
“Untuk perdagangan Rabu, support rupiah berada di level Rp 16.580 dan resistance di Rp 16.700 per dolar AS,” kata David.
Sementara itu, Ibrahim memperkirakan, rupiah bergerak fluktuatif namun cenderung melemah di rentang Rp 16.600–Rp 16.650 per dolar AS.
Halaman : 1 2