Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

Analis Pasar: Rupiah Spot akan Bergerak Fluktuatif Namun Cenderung Menguat Terbatas

×

Analis Pasar: Rupiah Spot akan Bergerak Fluktuatif Namun Cenderung Menguat Terbatas

Sebarkan artikel ini
Rupiah Spot
rupiah spot menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah terjadi seiring melemahnya indeks dolar AS akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang semakin menguat.

Topikseru.com – Pada perdagangan Rabu (15/10/2025) rupiah spot menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan rupiah terjadi seiring melemahnya indeks dolar AS akibat ekspektasi pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang semakin menguat.

Mengutip Bloomberg, Rabu (15/10/2025), rupiah pasar spot ditutup di level Rp 16.576 per dolar AS, menguat 0,16% dibandingkan posisi penutupan Selasa (14/10/2025).

Sementara itu, berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di Rp 16.577 per dolar AS, tidak berubah dari posisi penutupan sebelumnya pada Selasa (14/10/2025).

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi dari PT Laba Forexindo Berjangka mengatakan, penguatan rupiah didorong pernyataan dovish Ketua The Fed Jerome Powell.

Baca Juga  Rupiah Spot Tertekan Ditutup Melemah 0,04% Bersandar di Level Rp16.664 Per Dolar AS Sore Ini

Powell menekankan bahwa pasar tenaga kerja AS mulai melemah dan keputusan suku bunga akan ditentukan “pertemuan demi pertemuan”.

Pernyataan Powell ini memperkuat harapan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada Oktober dan Desember.

“Ekspektasi ini membuat imbal hasil obligasi AS turun, sehingga dolar melemah dan memberikan ruang penguatan bagi rupiah,” jelas Ibrahim dalam risetnya.

Selain itu, tensi geopolitik dan perdagangan global juga menjadi perhatian pelaku pasar. Presiden AS Donald Trump kembali mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% terhadap produk Tiongkok, yang dibalas dengan ancaman pembalasan dari Beijing.

Namun, harapan terhadap pertemuan antara Trump dan Xi Jinping di akhir bulan tetap menjadi faktor penahan volatilitas pasar.