Namun demikian, Ibrahim menilai penguatan rupiah belum akan berlanjut pada perdagangan berikutnya. Ia memperkirakan, rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di kisaran Rp16.580 – Rp16.610 per dolar AS pada Kamis (23/10/2025).
“Investor tetap berhati-hati menjelang laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis pada hari Jumat, yang diharapkan akan memberikan panduan penting menjelang keputusan suku bunga Federal Reserve minggu depan,” ujar Ibrahim.
Dari sisi eksternal, indeks dolar AS menguat pada perdagangan Rabu (22/10/2025), ditopang oleh meningkatnya permintaan aset aman di tengah ketegangan geopolitik dan ketidakpastian kebijakan ekonomi global.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Investor global saat ini masih mencermati perkembangan perundingan perdagangan AS–Tiongkok, setelah pertemuan pejabat kedua negara dijadwalkan berlangsung di Malaysia pekan ini. Presiden AS Donald Trump juga dikabarkan akan bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan untuk membahas kesepakatan dagang baru.
Di sisi lain, ketegangan antara AS dan Venezuela ikut meningkatkan volatilitas pasar minyak. Serangan AS terhadap kapal Venezuela di perairan internasional memicu kekhawatiran eskalasi baru yang berpotensi memengaruhi harga energi dan arus modal ke negara berkembang.
Sementara itu, penutupan sebagian lembaga pemerintah AS yang telah berlangsung lebih dari tiga minggu menambah ketidakpastian di pasar keuangan.
Investor juga menunggu laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang akan dirilis Jumat (24/10/2025), karena hasilnya bisa menjadi sinyal penting bagi arah kebijakan Federal Reserve (The Fed) pada pertemuan mendatang.
Sejalan dengan Ibrahim, analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan rupiah berpotensi melemah terbatas pada perdagangan Kamis (23/10/2025).
Menurutnya, meskipun dolar AS sempat terkoreksi, kekuatan fundamental ekonomi AS dan minimnya sentimen domestik positif masih akan membatasi ruang penguatan rupiah.
“Rupiah diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp16.550 – Rp16.650 per dolar AS, dengan potensi tekanan lanjutan jika indeks dolar AS melanjutkan rebound,” kata Lukman.
Lukman menilai pasar masih berada dalam fase risk-off, di mana investor cenderung wait and see menantikan rilis data inflasi AS setelah tertunda beberapa minggu.
Halaman : 1 2