Sementara itu, yen Jepang menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah ambles 0,22%. Disusul, peso Filipina yang terkoreksi 0,06%.
Kemudian ada dolar Singapura dan dolar Taiwan yang sama-sama terdepresiasi 0,05%. Lalu, baht Thailand yang tertekan 0,04%.
Diikuti, dolar Hongkong yang turun 0,01% dan yuan China melemah tipis 0,004% di pagi ini.
Analis Pasar: Rupiah Spot Dapat Bergerak Melemah di Kisaran Rp16.620-Rp16.680 Per Dolar AS

Pada perdagangan Kamis (23/10/2025), rupiah ditutup melemah 0,27% ke Rp 16.629 per dolar AS dari hari perdagangan sebelumnya.
Di mana mata uang rupiah kembali tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).
Sementara itu, mengacu kurs Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup di posisi Rp 16.645 per dolar AS. Di level ini, rupiah melemah 0,17% dari perdagangan sebelumnya.
Menanggapi hal tersebut, Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi mencermati, pelemahan mata uang Garuda hari ini dipicu oleh pasar yang merespons negatif terhadap pernyataan BI terkait net outflow asing yang membuat BI terus mengandalkan cadangan devisa (cadev).
“Sebab, tekanan terhadap aliran modal asing itu turut mengganggu stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS,” terangnya.
Kemudian, dari eksternal, pergerakan mata uang juga dipengaruhi oleh penutupan pemerintahan AS memasuki hari ke-22 pada hari Rabu.
“Ini menandai hari terpanjang kedua dalam sejarah, dengan negosiasi antara Gedung Putih dan Kongres masih menemui jalan buntu,” kata Ibrahim.
Untuk perdagangan Jumat (24/10/2025), Ibrahim melihat pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh data ekonomi AS dengan fokus pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dan pembacaan awal Indeks Manajer Pembelian (PMI) Global S&P untuk bulan Oktober yang akan dirilis.
“Lebih lanjut, pasar saat ini memperkirakan penurunan suku bunga 25 basis poin oleh The Fed sebagai sesuatu yang hampir pasti,” imbuhnya.
Maka untuk Jumat (24/10/2025), Ibrahim memproyeksikan rupiah dapat bergerak melemah di kisaran Rp 16.620-Rp 16.680 per dolar AS.












