“Sepekan depan investor berharap cemas pada hasil pertemuan China–AS,” ujar Lukman.
Lukman menambahkan, rilis data ekonomi AS pekan depan masih bersifat tentatif. Ia memperkirakan rupiah sepekan ke depan bergerak di rentang Rp 16.500 – Rp 16.700 per dolar AS.
Sementara pengamat mata uang dan komoditas Ibrahim Assuaibi mengatakan, sentimen domestik yang memengaruhi rupiah di antaranya terkait uang beredar. Bank Indonesia mencatat likuiditas perekonomian atau uang beredar dalam arti luas (M2) pada September 2025 tumbuh lebih tinggi.
Dalam laporan BI disebutkan pertumbuhan M2 pada September 2025 sebesar 8,0% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Agustus 2025 sebesar 7,6% (yoy) sehingga tercatat Rp 9.771,3 triliun.
Perkembangan tersebut didorong oleh pertumbuhan uang beredar sempit (M1) sebesar 10,7% (yoy) dan uang kuasi sebesar 6,2% (yoy).
Kemudian perkembangan M2 pada September 2025 dipengaruhi oleh aktiva luar negeri bersih, penyaluran kredit, dan tagihan bersih kepada Pemerintah Pusat (Pempus).
Ibrahim memproyeksikan rupiah dalam sepekan ke depan bergerak di rentang Rp 16.580 – Rp 16.700 per dolar AS.












