Selama sepekan ini, kata Lukman, penggerak mata uang Garuda murni dari eksternal, yakni pertemuan Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump yang sebenarnya mendukung rupiah, tetapi sekaligus dolar AS.
“Sedangkan, hasil FOMC hanya mendukung dolar AS,” imbuh Lukman.
Untuk sepekan depan, ia melihat ramai dengan data ekonomi domestik, seperti data inflasi, PDB, dan perdagangan.
Sementara dari AS, lanjut Lukman, terdapat data Institute for Supply Management (ISM) manufacturing dan service pada hari Senin dan Rabu.
“Untuk sentimen dari kesepakatan tarif China-AS masih belum jelas, mengingat belum ada data resmi dari rincian kesepakatan tersebut,” kata Lukman. Namun demikian, jika ada konfirmasi lanjutan, hal ini dapat menjadi penggerak rupiah.
Maka, untuk sepekan depan, Lukman memprediksi rupiah berpotensi bergerak di rentang Rp 16.450-Rp 16.750 per dolar AS.












