Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga pada Rabu lalu. Namun, komentar bernada hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell membuat pasar menurunkan ekspektasi pemangkasan suku bunga berikutnya pada Desember menjadi 63%, dari lebih 90% di awal pekan, menurut data CME FedWatch.
Emas umumnya kehilangan daya tariknya ketika suku bunga naik karena tidak memberikan imbal hasil.
Meski begitu, harga emas telah melonjak 53% sepanjang tahun ini, sempat menyentuh rekor tertinggi di US$ 4.381,21 per ons pada 20 Oktober.
Dalam laporannya, Morgan Stanley menilai harga emas masih memiliki potensi kenaikan didukung oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga, arus masuk ke exchange-traded fund (ETF), pembelian emas oleh bank sentral, serta ketidakpastian ekonomi global.
Bank investasi tersebut memperkirakan harga emas akan rata-rata di US$ 4.300 per ons pada paruh pertama 2026.
Dari sisi geopolitik, Presiden AS Donald Trump menyatakan pada Kamis bahwa ia akan menurunkan tarif terhadap China dari 57% menjadi 47% sebagai imbalan atas kesediaan Beijing menindak perdagangan fentanyl ilegal, melanjutkan pembelian kedelai dari AS, dan menjaga pasokan ekspor logam tanah jarang.
Selain emas, harga perak spot turun 0,4% ke US$ 48,73 per ons, platinum melemah 1,7% ke US$ 1.583,41 per ons, dan palladium turun 0,4% ke US$ 1.440,02 per ons.












