Ketidakpastian tersebut diperparah oleh isu penutupan sebagian pemerintahan AS yang masih berlangsung.
Faktor Domestik: Neraca Perdagangan dan Inflasi
Untuk pekan depan, Alwy memperkirakan arah pergerakan rupiah akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor domestik, terutama dari rilis data neraca perdagangan Indonesia bulan September.
Ia memperkirakan, neraca perdagangan masih akan mencatatkan surplus sekitar US$ 5,2 miliar.
“Meskipun, masih lebih rendah dibanding surplus sebelumnya sebesar US$ 5,49 miliar,” terangnya.
Selain itu, pelaku pasar juga akan mencermati data inflasi domestik yang diproyeksi mengalami kenaikan. Kenaikan inflasi ini berpotensi memberikan tekanan tambahan terhadap nilai tukar rupiah.
Dengan mempertimbangkan faktor eksternal dan domestik tersebut, Alwy memperkirakan rupiah berpotensi bergerak terbatas dalam rentang Rp 16.580–Rp 16.660 per dolar AS pada sepekan mendatang.












