Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

Harga Minyak Mentah Dunia Bergerak Stabil Setelah Pasar Menimbang Keputusan OPEC+

×

Harga Minyak Mentah Dunia Bergerak Stabil Setelah Pasar Menimbang Keputusan OPEC+

Sebarkan artikel ini
Harga Minyak Mentah
harga minyak mentah dunia bergerak stabil setelah pasar menimbang keputusan OPEC+ untuk menambah pasokan secara terbatas sambil merencanakan penghentian kenaikan produksi pada kuartal pertama 2026, di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan global dan lemahnya data manufaktur di Asia.

Di sisi lain, pelemahan sektor manufaktur Asia terus berlanjut pada Oktober. Kawasan ini merupakan konsumen minyak terbesar di dunia.

CEO TotalEnergies Patrick Pouyanné menyebut pertumbuhan permintaan minyak China melambat sejak 2020 seiring transisi menuju energi hijau, namun ia tetap optimistis terhadap prospek jangka panjang berkat meningkatnya konsumsi di India.

Nilai dolar AS yang menguat ke posisi tertinggi dalam tiga bulan turut menekan harga minyak karena membuat harga minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli dengan mata uang lain.

Dari sisi kebijakan moneter, pejabat Federal Reserve menyampaikan pandangan beragam mengenai risiko terhadap ekonomi AS menjelang pertemuan kebijakan berikutnya, di tengah terbatasnya data ekonomi akibat penutupan sebagian pemerintahan federal.

Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menegaskan belum terburu-buru menurunkan suku bunga kembali karena inflasi masih di atas target 2%.

Baca Juga  Harga Minyak Mentah Bergerak Datar di Perdagangan Rabu (13/8/2025): Brent Menguat Tipis 3 Sen dan West Texas Intermediate Melemah 3 Sen

Sementara Presiden The Fed San Francisco Mary Daly mendukung pemangkasan suku bunga pekan lalu dan menilai perlu menunggu data tambahan sebelum memutuskan langkah lanjutan pada pertemuan 9–10 Desember mendatang.

Suku bunga yang lebih rendah biasanya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan permintaan minyak dengan menekan biaya konsumsi.

Namun, aktivitas manufaktur AS masih tertekan, mencatat kontraksi untuk bulan kedelapan berturut-turut pada Oktober, di tengah pesanan baru yang lemah dan keterlambatan pasokan akibat tarif impor.

Dalam perkembangan lain, Presiden Donald Trump menyatakan militer AS bisa mengirim pasukan atau melancarkan serangan udara ke Nigeria untuk menghentikan apa yang ia sebut sebagai pembunuhan besar-besaran terhadap umat Kristen di negara itu, yang merupakan anggota OPEC sekaligus produsen minyak terbesar di Afrika.