Sementara itu, saham Kimberly-Clark anjlok 14,6% setelah mengumumkan rencana akuisisi produsen Tylenol, Kenvue, senilai lebih dari US$ 40 miliar. Sebaliknya, saham Kenvue melonjak 12,3%.
Minimnya data ekonomi resmi karena penutupan pemerintahan membuat investor bergantung pada survei independen.
Laporan dari Institute for Supply Management (ISM) dan S&P Global menunjukkan bahwa sektor manufaktur AS masih menghadapi ketidakpastian akibat kebijakan tarif Presiden Trump.
Mahkamah Agung AS dijadwalkan akan membahas legalitas tarif tersebut pada Rabu mendatang.
Setelah pemangkasan suku bunga yang diperkirakan pekan lalu, langkah The Fed berikutnya kini menjadi semakin tidak pasti. Indikator ekonomi yang biasanya menjadi acuan kebijakan masih terbatas.
Laporan ketenagakerjaan dari ADP yang akan dirilis Rabu diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi pasar tenaga kerja AS.
Pejabat The Fed pun menunjukkan pandangan yang berbeda. Gubernur The Fed Stephen Miran mendukung pemangkasan suku bunga lanjutan, sedangkan Presiden The Fed Chicago Austan Goolsbee menilai langkah tersebut berisiko selama inflasi masih jauh di atas target 2%.
Musim laporan keuangan kuartal III telah memasuki puncaknya, dengan lebih dari 300 perusahaan dalam indeks S&P 500 melaporkan hasilnya. Berdasarkan data LSEG, sekitar 83% di antaranya mencatatkan laba di atas perkiraan analis.
Di Bursa New York, jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 1,34 banding 1. Ada 202 saham mencetak harga tertinggi baru dan 142 saham mencapai titik terendah baru.
Di Nasdaq, 1.799 saham menguat sementara 2.887 melemah, dengan rasio penurunan terhadap kenaikan sebesar 1,6 banding 1.
S&P 500 mencatat 16 saham dengan harga tertinggi baru dan 32 terendah baru, sedangkan Nasdaq membukukan 74 saham tertinggi baru dan 181 terendah baru.
Volume perdagangan di bursa AS tercatat sebanyak 19,62 miliar saham, lebih rendah dari rata-rata 21,11 miliar saham dalam 20 hari terakhir.

									










