Scroll untuk baca artikel
BursaEkonomi dan Bisnis

IHSG Menguat 0,17% Berada di Level 8.289,19 di Awal Perdagangan Selasa (4/11/2025)

×

IHSG Menguat 0,17% Berada di Level 8.289,19 di Awal Perdagangan Selasa (4/11/2025)

Sebarkan artikel ini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari kedua pekan ini. IHSG melanjutkan kenaikan yang kemarin melesat di atas 1%.

“Sehingga, aksi ambil untung masih mungkin terjadi dalam jangka pendek,” tuturnya.

Wafi melihat, IHSG bisa berada di kisaran 8.300-8.400 di akhir tahun 2025. Katalisnya berasal dari stimulus ekonomi pemerintah, potensi pemangkasan suku bunga Bank Indonesia (BI) di bulan November-Desember, dan Santa Rally.

“Risiko tetap dari tensi geopolitik dan volatilitas global,” paparnya.

Dengan sentimen tersebut, Wafi merekomendasikan sektor perbankan buku empat, consumer staples, serta komoditas emas dan nikel.

Sektor perbankan dilihat mulai pulih dan valuasinya masih terdiskon, sektor konsumer terdorong konsumsi masyarakat, dan sektor komoditas bagus untuk hedging di tengah ketidakpastian global.

Untuk emiten perbankan, bisa dilihat BBCA, BBRI, dan BMRI. Emiten consumer staples ada AMRT dan UNVR. Sementara emiten komoditas bisa dilirik ANTM dan MDKA.

Di sisi lain, Chory melihat, IHSG diperkirakan bergerak dalam rentang 8.045–8.230 hingga akhir tahun sebagai skenario dasar. Ada peluang menuju 8.320 apabila arus dana asing kembali membaik dan sentimen eksternal mendukung.

Potensi reli akhir tahun masih cukup terbuka, terutama pada Desember yang lazimnya didorong oleh aktivitas window dressing serta tetap kuatnya konsumsi domestik.

Namun demikian, pelemahan rupiah dan ketidakpastian arah kebijakan The Fed masih menjadi faktor risiko yang dapat menahan laju kenaikan indeks, dengan skenario pelemahan menuju area 7.910 apabila tekanan sentimen meningkat.

Baca Juga  Analis Pasar: IHSG Diproyeksikan akan Bergerak di Kisaran 8.022–8.288

“Secara keseluruhan, pasar cenderung memasuki fase konsolidasi sembari menunggu katalis lanjutan dari kebijakan global dan data ekonomi domestik,” paparnya.

Kata Chory, investor dapat lebih selektif berfokus pada sektor dengan fundamental solid dan yang menunjukkan minat akumulasi asing. Di antaranya ada perbankan, consumer staples, dan teknologi yang masih mencatatkan kinerja positif dalam beberapa pekan terakhir.

Sektor-sektor tersebut juga cenderung defensif terhadap volatilitas global serta diuntungkan dari prospek inflasi yang terjaga.

Selain itu, saham-saham potensial yang berkaitan dengan perubahan bobot MSCI dapat menjadi perhatian karena peluang aliran dana baru dari investor institusi.

“Dalam konteks ini, emiten dengan kapitalisasi besar dan likuiditas tinggi tetap menjadi pilihan utama untuk menjaga stabilitas portofolio.

Beberapa saham yang dapat dipertimbangkan secara trading jangka pendek antara lain UNVR yang masih menunjukkan penguatan teknikal dan berpotensi melanjutkan pola bullish.

Lalu, BUMI yang tengah menguji area penguatan dengan sentimen RUPS yang akan dilakukan pada tanggal 19 November 2025. Serta, EMTK yang membukukan pertumbuhan laba signifikan dan masih berada dalam tren positif.

“Dengan kondisi pasar yang cenderung fluktuatif akibat sentimen rebalancing MSCI, disiplin dalam penerapan manajemen risiko dan strategi trading tetap menjadi kunci untuk memanfaatkan peluang di akhir tahun ini,” ungkapnya.