Ketidakpastian politik juga mewarnai pasar. Mahkamah Agung AS meninjau legalitas tarif impor era Presiden Trump, yang memiliki implikasi besar terhadap hubungan dagang global.
Beijing menanggapi dengan mencabut sebagian tarif balasan terhadap produk AS, meski masih mempertahankan bea 10% dan tetap mengenakan tarif 13% untuk impor kedelai dari AS.
Musim laporan keuangan kuartal ketiga yang masih berlangsung turut memberi dukungan positif. Hingga saat ini, 379 perusahaan dalam indeks S&P 500 telah melaporkan hasilnya, dengan 83% di antaranya melampaui ekspektasi analis.
Data LSEG menunjukkan proyeksi pertumbuhan laba agregat S&P 500 untuk periode Juli–September mencapai 16,2% secara tahunan, dua kali lipat dari perkiraan awal 8%.
“Pendapatan, laba, dan proyeksi perusahaan sejauh ini sangat kuat, meskipun ekonomi menghadapi pelemahan tenaga kerja dan ketidakpastian akibat tarif,” kata Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Virginia.
“Biasanya November dan Desember memang bulan yang baik untuk pasar, dan dengan momentum ini saya tidak melihat alasan untuk pesimistis.”
Beberapa saham mencatat pergerakan signifikan. McDonald’s naik 2,2% setelah mencatat penjualan toko yang lebih baik dari perkiraan berkat menu hemat.
Amgen melonjak 7,8% berkat laba yang melampaui ekspektasi, sementara Johnson Controls meroket 8,8% usai merilis proyeksi laba 2026 yang lebih tinggi dari perkiraan.
Sebaliknya, saham Humana anjlok 6% dan Bank of America turun 2%, sedangkan Super Micro Computer merosot 11,3% akibat hasil keuangan yang mengecewakan.
Di bursa NYSE, saham yang menguat mengungguli yang melemah dengan rasio 2,09 banding 1. Aktivitas perdagangan mencapai 19,17 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata 20,96 miliar selama 20 hari terakhir.
Kenaikan di Wall Street ini menandai kembalinya optimisme investor setelah aksi jual tajam sebelumnya, dengan dukungan kuat dari fundamental ekonomi dan laporan laba korporasi yang meyakinkan.












