Sederet nama muncul sebagai alternatif antara lain, kelapa sawit, jarak pagar (Jatropha curcas L., Euphorbiaceae), nyamplung (Calophyllum inophyllum) dan kemiri sunan (Aleurites Trisperma).
1. Kelapa Sawit
Dalam riset terpisah, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebutkan bahwa minyak sawit menjadi salah satu bahan baku paling potensial untuk energi baru terbarukan (EBT).
Pemerintah telah menerapkan program biodiesel B20 hingga B30, dan terus mengarah menuju B100 (green solar). Bahkan, limbah cair pabrik kelapa sawit dinilai punya potensi besar sebagai sumber energi tambahan.
Indonesia saat ini memiliki lebih dari 700 perkebunan kelapa sawit dengan total lahan mencapai 14,68 juta hektar, di mana 40% dimiliki oleh petani kecil. Dukungan kebijakan pemerintah, ketersediaan bahan baku, serta teknologinya membuat sawit dinilai paling siap dibawa ke skala industri energi terbarukan.
2. Jarak Pagar
Biji jarak pagar mengandung 35–45% minyak nabati yang dapat dikonversi menjadi biodiesel. Komoditas ini telah lama menjadi opsi alternatif pengganti solar dan minyak tanah.
3. Tebu
Tebu menjadi bahan baku utama bioetanol, bahan bakar nabati yang lebih bersih dibandingkan bensin. Fermentasi gula alami dari tebu kini tengah dilirik sebagai solusi mengurangi emisi karbon.
4. Nyamplung
Biji nyamplung mengandung 71,4% minyak nabati. Melalui proses esterifikasi dan transesterifikasi, minyak nyamplung dapat diubah menjadi biodiesel berkualitas tinggi, bahkan lebih besar rendemennya dibanding minyak jarak pagar.
5. Kemiri Sunan
Tanaman ini menawarkan rendemen minyak mencapai 50% per biji, menghasilkan hingga 10 ton minyak kasar/ha/tahun — jauh di atas sawit. Produk turunannya bisa berupa biodiesel, gliserol, hingga pelumas industri.
Dampak Ekonomi dan Lingkungan
Pengembangan biofuel dari komoditas lokal membuka peluang:
- mengurangi ketergantungan impor energi
- menekan gas rumah kaca
- mendorong ekonomi petani perkebunan
- mempercepat transisi energi nasional
Selain bersifat renewable, produksi biofuel menghasilkan emisi karbon lebih rendah dibanding bahan bakar fosil.
Menuju Kemandirian Energi Nasional
Dengan hadirnya BOBIBOS dan sumber energi bio lainnya, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama energi hijau di Asia. Kolaborasi antara peneliti, pemerintah, industri, dan akademisi akan menjadi kunci percepatan transisi energi bersih.
Jika terimplementasi secara masif, bukan mustahil Indonesia mampu mengurangi ketergantungan pada BBM impor dan memperkuat ketahanan energi secara berkelanjutan.






