“Data kepercayaan konsumen cukup mengejutkan dan menunjukkan dampak shutdown terhadap rumah tangga. Prospek berakhirnya shutdown ini bisa mengurangi kerusakan,” tambah Sycamore.
Pergerakan Dolar terhadap Mata Uang Lain
-Dolar/Yen: 153,82, naik 0,3%
-Euro/USD: $1,155, turun 0,1%
-Sterling/USD: $1,314, turun 0,2%
-Yuan offshore/USD: 7,1261, stabil
-Dolar Australia/USD: $0,6502, naik 0,1%
-Dolar Selandia Baru/USD: $0,56265, turun 0,1%
Kenaikan dolar terhadap yen terjadi setelah komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi, yang menyatakan pemerintah akan mengubah target fiskal tahunan menjadi ukuran pengeluaran beberapa tahun, sehingga melemahkan komitmen konsolidasi fiskal.
Bank of Japan juga mencatat bahwa “kabut ketidakpastian ekonomi Jepang mulai memudar dibandingkan Juli lalu.”
Trader menilai dampak kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, yang memicu percepatan produksi awal tahun menjelang tenggat tarif impor.
Data akhir pekan menunjukkan inflasi harga konsumen China naik lebih cepat dari perkiraan, menyusul laporan penurunan ekspor terbesar sejak Februari.
Menurut Eric Robertsen, kepala riset global Standard Chartered Bank, “Pertumbuhan ekonomi Asia diperkirakan melambat kembali setelah front-loading ekspor selesai, dan dengan siklus penurunan suku bunga hampir tuntas, aliran modal ke aset lokal diperkirakan melambat. Ada risiko likuiditas global yang melimpah pada 2025 menjadi kurang mendukung aset global pada 2026, yang dapat mendorong penguatan dolar AS dalam 12 bulan ke depan.”












