Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyampaikan bahwa sentimen penyebab penguatan rupiah terhadap dolar AS hari ini ditengarai sentiment risk on regional. Selain itu, kepercayaan konsumen Indonesia yang ditunjukkan peningkatan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK).
Dicatat IKK mengalami peningkatan pada Oktober 2025 ke level 121,2 dibanding catatan per September 2025 sebesar 115. Angka IKK itu berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia terbaru yang mencakup seluruh responden dengan pengeluaran bulanan Rp 1 juta sampai dengan di atas Rp 5 juta.
“Data yang menunjukkan kenaikan besar pada Indeks Kepercayaan Konsumen indonesia juga ikut mendukung rupiah,” terang Lukman.
Sementara itu, Pengamat Ekonomi, Mata Uang, dan Komoditas Ibrahim Assuaibi, juga menyampaikan bahwa Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang menunjukkan peningkatan kuat juga turut jadi sentiment pergerakan rupiah hari ini. Dicatat IEK melompat dari 127,2 menjadi 133,4.
“Kenaikan pada IEK menandakan bahwa harapan dan optimisme masyarakat terhadap prospek kondisi ekonomi untuk enam bulan ke depan meningkat drastis,” terang Ibrahim.
Mengenai proyeksi pergerakan besok, Lukman memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi. Hal ini sebab investor cenderung melakukan pendekatan wait and see dalam menantikan perkembangan seputar shutdown Pemerintah AS yang dikabarkan akan berpotensi untuk dibuka kembali.
Selain itu, data laporan penjualan eceran AS untuk bulan September 2025 yang akan dirilis pada 14 November 2025 nanti, dinilai bakal jadi salah satu sentimen pergerakan rupiah esok hari.
“Investor cenderung akan wait and see menantikan perkembangan seputar shutdown pemerintah AS yg dikabarkan akan terjadi kesepakatan untuk dibuka kembali,” lanjut Lukman.
Lukman memproyeksikan rupiah pada Selasa (11/11) bergerak pada rentang Rp 16.600 – Rp 16.700 per dolar AS.
Sedangkan Ibrahim memperkirakan rupiah bergerak fluktuatif, namun ditutup menguat pada rentang Rp 16.600 – Rp 16.660 per dolar AS.












