“Secara umum, penguatan dolar AS di pasar global menjadi faktor utama, sering kali dipicu oleh data ekonomi AS atau ekspektasi pasar terhadap kebijakan suku bunga The Fed,” ujar Sutopo kepada Kontan.co.id.
Ia menambahkan, investor juga tengah mencermati rilis data makroekonomi domestik seperti penjualan ritel dan neraca perdagangan, yang dapat memengaruhi optimisme terhadap ketahanan ekonomi Indonesia.
“Dalam kondisi pasar yang dinamis, keputusan wait and see dari para investor juga turut berkontribusi pada fluktuasi minor hari ini,” imbuhnya.
Untuk perdagangan Rabu (12/11), Sutopo menilai sejumlah faktor akan menjadi penentu arah pergerakan rupiah.
Dari dalam negeri, rilis data cadangan devisa dan penjualan ritel akan menjadi fokus, di mana hasil yang positif berpotensi memperkuat rupiah.
Sementara dari luar negeri, pasar akan mencermati perkembangan perang dagang AS–Tiongkok serta arah kebijakan suku bunga Federal Reserve (The Fed), apakah akan dipangkas lebih cepat atau justru ditunda.
“Secara keseluruhan, fokus pasar tetap tertuju pada upaya Bank Indonesia (BI) menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian global,” kata Sutopo.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong menambahkan, pergerakan rupiah pada Rabu kemungkinan masih akan dipengaruhi oleh minimnya rilis data ekonomi penting baik dari eksternal maupun internal.
“Pergerakan rupiah akan didikte oleh sentimen pasar global. Selain itu, investor juga menanti kepastian pembukaan kembali pemerintahan AS yang akan segera disetujui Kongres,” jelas Lukman.
Baik Sutopo maupun Lukman memperkirakan rupiah besok akan bergerak dalam rentang Rp 16.650 – Rp 16.750 per dolar AS.












