Untuk ke depan, ia melihat pergerakan rupiah akan dipengaruhi ekspektasi suku bunga The Fed dan BI.
Yang banyak ditentukan oleh rilis data ekonomi utama seperti inflasi, pertumbuhan ekonomi, dan tenaga kerja.
Selain itu, tensi geopolitik terutama di kawasan Asia yang melibatkan China, AS, dan sekutu juga menjadi faktor penting.
Sentimen sektor keuangan global pun berpotensi mempengaruhi nilai tukar. Lukman menyoroti volatilitas pasar ekuitas yang meningkat akibat kekhawatiran koreksi teknologi.
“Sentimen di pasar ekuitas juga masih penuh ketidakpastian oleh kekhawatiran pecahnya gelembung AI,” ujarnya.
Dengan berbagai faktor tersebut, ia memperkirakan rupiah pada kuartal I-2026 akan bergerak dalam rentang Rp16.400–Rp16.800 per dolar AS.












