Topikseru.com – Menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang tinggal menghitung hari, pemerintah memberikan jaminan kuat: stok pangan pokok, terutama beras, dalam kondisi aman dan mencukupi kebutuhan masyarakat hingga April 2026.
Keyakinan ini disampaikan langsung oleh Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional (Bapanas), Sarwo Edhy, dalam siaran pers resmi yang dirilis pada Selasa, 9 Desember 2025.
Meski Indonesia tengah menghadapi tantangan akibat bencana hidrometeorologi di sejumlah wilayah Sumatra, pemerintah menegaskan bahwa ketersediaan pangan nasional tetap terjaga dengan baik.
Bahkan, proyeksi neraca pangan menunjukkan surplus yang cukup signifikan, khususnya untuk komoditas beras—sumber karbohidrat utama masyarakat Indonesia.
Proyeksi Neraca Pangan 2025: Stok Beras Capai 12,5 Juta Ton
Menurut Sarwo Edhy, estimasi stok pangan nasional hingga akhir tahun 2025 telah dihitung secara cermat melalui Proyeksi Neraca Pangan Nasional Tahun 2025.
Hasilnya menunjukkan bahwa stok beras nasional mencapai sekitar 12,5 juta ton pada Desember 2025.
Angka ini bukan hanya mencukupi untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat selama libur Nataru, tetapi juga mampu menopang kebutuhan hingga lima bulan ke depan.
“Kami dari Badan Pangan Nasional ingin menyampaikan bahwa 11 bahan pokok penting menjelang Nataru itu, aman,” ujar Sarwo Edhy.
Ia menambahkan bahwa stok beras merupakan yang paling dominan dalam hal ketahanan pangan karena masa simpannya yang panjang dan konsumsinya yang stabil sepanjang tahun.
Selain beras, komoditas pangan lainnya juga dalam kondisi aman. Jagung tersedia dalam jumlah 4,5 juta ton, kedelai sebanyak 91 ribu ton, bawang merah 52 ribu ton, bawang putih 58 ribu ton, cabai besar 63 ribu ton, dan cabai rawit 49 ribu ton.
Untuk protein hewani, stok daging sapi dan kerbau mencapai 58 ribu ton, daging ayam 231 ribu ton, serta telur ayam ras sebanyak 74 ribu ton. Adapun gula konsumsi tersedia dalam jumlah 1,43 juta ton.
Layanan konsultasi keuangan
Ketahanan Pangan di Tengah Tantangan Iklim dan Bencana
Tahun ini, momen Nataru datang di tengah proses pemulihan pasca-bencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah daerah di Sumatra.
Hujan ekstrem, banjir, dan tanah longsor telah mengganggu aktivitas pertanian dan distribusi logistik di sebagian wilayah.
Namun, pemerintah menegaskan bahwa infrastruktur logistik pangan nasional telah dirancang untuk tetap berfungsi optimal meski dalam kondisi darurat.
Sarwo menekankan bahwa carry over stock—stok yang tersisa dari periode sebelumnya—telah dipersiapkan secara strategis untuk menanggulangi potensi gangguan distribusi akibat cuaca ekstrem.












