Selain itu, fokus pasar tertuju pada data ketenagakerjaan AS seperti ADP Employment Change dan JOLTS Job Openings yang akan dirilis menjelang keputusan suku bunga.
Data yang lebih lemah dari perkiraan berpotensi meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga lebih lanjut.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyoroti kekhawatiran terkait laporan Bank Dunia mengenai kenaikan utang luar negeri jangka pendek Indonesia pada 2024, yang sebagian dipicu oleh penerbitan instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) turut memengaruhi dinamika rupiah.
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai penguatan rupiah didorong oleh sentimen domestik yang positif.
Ia mengatakan rupiah mendapat dukungan dari survei kepercayaan konsumen Indonesia yang naik lebih tinggi dari perkiraan.
“Rupiah berhasil menguat terhadap dolar AS setelah survei kepercayaan konsumen Indonesia yang naik lebih tinggi dari perkiraan,” ujarnya.
Sementara itu, indeks dolar AS terpantau bergerak datar.
Lukman menyebut rupiah masih berpeluang menguat jika data penjualan ritel menunjukkan hasil sesuai atau lebih baik dari ekspektasi.
“Rupiah berpotensi kembali menguat apabila data penjualan ritel yang diperkirakan naik bisa sama atau lebih baik dari perkiraan,” kata Lukman.
Ia menambahkan bahwa investor masih cenderung wait and see sambil menantikan hasil FOMC.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi ditutup melemah di rentang Rp16.670–Rp16.710 pada perdagangan hari ini hari.
Adapun proyeksi untuk perdagangan Rabu, Lukman mematok kisaran pergerakan rupiah berada pada range Rp16.600–Rp16.700 per dollar AS












