Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengatakan, ketidakpastian mengenai perekonomian AS meningkat minggu ini, terutama karena data resmi pemerintah memberikan sinyal yang beragam mengenai pasar tenaga kerja.
Operasi pembelian aset Federal Reserve juga memicu beberapa keraguan atas likuiditas pasar di negara tersebut.
“Pasar kini menantikan data inflasi indeks harga konsumen (CPI) yang akan datang untuk mendapatkan petunjuk mengenai perekonomian terbesar di dunia,” ujar Ibrahim.
Ibrahim menambahkan bahwa data tersebut diperkirakan akan menunjukkan inflasi CPI utama sedikit meningkat. Sementara CPI inti diperkirakan akan tetap stabil di angka 3% per tahun.
Pasar tenaga kerja dan inflasi adalah dua pertimbangan terbesar Fed untuk menyesuaikan kebijakan.
Namun, selain suku bunga, pasar juga khawatir tentang potensi periode stagflasi bagi perekonomian AS – sebuah skenario di mana pengangguran meningkat seiring dengan inflasi.
Ibrahim memproyeksikan rupiah pada Jumat (19/12) bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah di rentang Rp 16.720 – Rp 16.750 per dolar AS.












