Scroll untuk baca artikel
Bursa

IHSG Dibuka Menguat, Optimisme Ekonomi Indonesia Bayangi Ketidakpastian Global

×

IHSG Dibuka Menguat, Optimisme Ekonomi Indonesia Bayangi Ketidakpastian Global

Sebarkan artikel ini
IHSG
Pekerja memotret layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggunakan gawai di Bursa Efek Indonesia, Jakarta.

Topikseru.com – Di tengah bayang-bayang perlambatan ekonomi global dan gejolak geopolitik internasional, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa pagi (5/8/2025) dibuka menguat 38,04 poin atau 0,51 persen ke level 7.502,69.

Penguatan ini terjadi seiring optimisme pasar terhadap ketahanan ekonomi domestik jelang rilis data pertumbuhan kuartal II-2025.

Baca Juga  IHSG Dibuka Menguat, Investor Waspadai Drama Dagang AS-China dan Kebijakan The Fed

Sementara itu, indeks LQ45 yang berisi saham-saham unggulan juga naik 4,26 poin atau 0,54 persen ke 792,01, memperkuat sentimen positif di awal pekan perdagangan bulan Agustus.

“IHSG diperkirakan masih volatile pada hari ini,” tulis Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam catatan kajian pasar di Jakarta.

Pelaku Pasar Menanti Data Ekonomi Domestik

Dari sisi fundamental domestik, pasar tengah menanti pengumuman pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2025 yang akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini.

Ekonom memperkirakan angka pertumbuhan berada di bawah 5 persen secara tahunan (year-on-year), seiring dengan tekanan daya beli masyarakat yang masih melemah.

Meski begitu, optimisme terhadap resiliensi ekonomi nasional masih terjaga.

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyebut bahwa Indonesia mampu tetap solid di tengah tekanan global yang meningkat, termasuk imbas dari Trade War 2.0 dan eskalasi konflik geopolitik di sejumlah kawasan.

Baca Juga  IHSG Dibuka Menguat, Saham IPO Jadi Bintang di Bursa

“Ekonomi Indonesia masih akan relatif solid,” kata Josua.
“Apalagi didukung konsumsi rumah tangga dan belanja fiskal yang tetap aktif.”

Sentimen Eksternal: The Fed dan Negosiasi Dagang AS-China

Dari sisi eksternal, pelaku pasar global mencermati dua dinamika utama: prospek penurunan suku bunga The Fed dan hasil pertemuan dagang AS-China.

Data tenaga kerja Amerika Serikat yang lebih lemah dari perkiraan memicu ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mulai menurunkan suku bunga acuan pada pertemuan bulan September mendatang.

Hal ini memberikan napas segar bagi pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Di sisi lain, pertemuan pejabat tinggi AS dan China di Stockholm, Swedia, akhir pekan lalu, memunculkan harapan akan meredanya ketegangan perdagangan kedua negara ekonomi terbesar dunia tersebut.