Dari sisi domestik, Bank Indonesia (BI) melaporkan posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2025 sebesar US$ 431,9 miliar, menurun dibandingkan Juli 2025 sebesar US$ 432,5 miliar.
Penurunan ini mencerminkan berkurangnya aliran modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN), seiring ketidakpastian global yang tinggi.
“Namun struktur utang masih sehat, karena 99,9% didominasi oleh tenor jangka panjang,” ujar Ibrahim.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai, absennya data ekonomi penting membuat pelaku pasar cenderung wait and see sambil menunggu sinyal lanjutan dari The Fed.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Beberapa pejabat The Fed belakangan memberi pernyataan yang kurang hawkish, sehingga pasar memperkirakan pidato malam ini juga akan bernada dovish. Jika itu terjadi, dolar bisa kembali tertekan dan rupiah berpeluang menguat,” ujar Lukman.
Untuk perdagangan hari ini, Lukman memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun cenderung stabil di kisaran Rp 16.500–Rp 16.600 per dolar AS.
Sementara support rupiah berada di Rp 16.500, dan resistance di Rp 16.620.
“Rupiah kemungkinan akan bergerak mendatar karena pasar menunggu kejelasan arah kebijakan moneter AS. Jika The Fed kembali menegaskan sikap dovish, rupiah berpotensi menguat secara teknikal,” tambah Lukman.
Halaman : 1 2