Namun, beberapa pengamat tinju berpendapat bahwa keputusan wasit sudah tepat. Wasit memiliki wewenang penuh untuk menghentikan pertandingan jika ia melihat salah satu petinju berada dalam bahaya, meskipun petinju tersebut masih ingin melanjutkan. Serangan bertubi-tubi dari El Rumi yang tidak bisa ditanggapi oleh Jefri dianggap sebagai indikasi bahwa Jefri berada dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk terus bertarung dengan aman.
Kemenangan El Rumi ini, meski sah secara aturan, terasa hampa bagi sebagian besar penonton. Mereka yang telah membeli tiket mahal dan menantikan pertarungan sengit merasa tidak mendapatkan apa yang mereka bayar. Beberapa penonton bahkan sempat meneriakkan agar pertandingan dilanjutkan. Kekecewaan ini menunjukkan betapa besar harapan yang mereka gantungkan pada duel epik ini.
Kemenangan ini bagi El Rumi merupakan Pembuktian. Ia berhasil memenangkan kedua duel dan mengakhiri perdebatan tentang siapa yang lebih baik di atas ring tinju. Kemenangan ini sekaligus menambah daftar prestasinya sebagai salah satu influencer yang serius menekuni olahraga tinju.
Junjung Tinggi Sportivitas
Di sisi lain, Jefri menunjukkan sportivitasnya dengan mengakui kekalahan, meskipun dengan perasaan yang campur aduk. Ia mengungkapkan rencana untuk beralih ke ajang Mixed Martial Arts (MMA), sebuah cabang olahraga yang mungkin lebih sesuai dengan gaya bertarungnya yang agresif dan all-out. Keputusannya ini menunjukkan bahwa ia tidak menyerah dan ingin mencari panggung baru untuk membuktikan diri.
Pada akhirnya, duel rematch Jefri Nichol dan El Rumi mungkin tidak berjalan sesuai skenario yang diharapkan. Namun, 38 detik yang mengejutkan itu telah menjadi bagian dari sejarah tinju selebriti di Indonesia, meninggalkan cerita tentang ambisi, cedera, keputusan kontroversial, dan langkah baru bagi kedua bintang ini di masa depan.






